Tentang kematian. Memang benar adanya bahwa ia tak mengenal waktu dan tempat untuk berjumpa. Bahwa keniscayaan, sebuah kepastian bahwa ruh bakal meninggalkan jasad yang ditumpanginya untuk berlepas menemui Rabb yang dicintainya. Sebuah keharusan, jiwa yang dititipkan berjalan di buminya harus kembali ke pangkuan khaliknya. Jangan pungkiri. Yakin... yakinlah bawa kita sedang menunggu antriannya detik ini.
Aku terfikir untuk menuliskan kalimat ini beberapa
jam setelah mendengar kabar bahwa "Saudariku" yang masih belia
usianya berpulang kepada Sang Khalik, pemilik sejati ruh dan jiwa ini.
Saudariku yang usianya hanya terpaut mungkin 2 tahun saja diatasku. Kak Melly Yufita, yang tulisan-tulisan di blognya banyak menginspirasiku untuk juga aktif menulis sebagaimana dia.
Nyatanya memang ia, kematian tak memandang usia. tak memandang saat kita sedang apa. tak menunggu kita sedang dimana. Saat tinta takdir sudah ditetapkan, ia akan terjadi begitu saja. Hal terpenting yang harus diingatkan adalah pertanyaan tentang “aku sudah berbuat apa?” dari semenjak masa baligh, saat sudah harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan sampai sekarang. “aku sudah berbuat apa”? Sudah mejadi apa? Sudah melakukan kebaikan apa?"
Nyatanya memang ia, kematian tak memandang usia. tak memandang saat kita sedang apa. tak menunggu kita sedang dimana. Saat tinta takdir sudah ditetapkan, ia akan terjadi begitu saja. Hal terpenting yang harus diingatkan adalah pertanyaan tentang “aku sudah berbuat apa?” dari semenjak masa baligh, saat sudah harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan sampai sekarang. “aku sudah berbuat apa”? Sudah mejadi apa? Sudah melakukan kebaikan apa?"
Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh
jiwa yang merasakannya. Oleh jasad dan ruh yang bertanggung jawab atas dirinya.
Kita sendiri. Karna orang lain mungkin hanya melihat apa yang kita tampakkan, padahal banyak
yang kita sembunyikan. Karna orang lain hanya menilai yang tertangkap oleh mata
dan telinga mereka, sedangkan tak semua tabiat kita persembahkan di hadapan
mereka. Hanya Allah Yang Maha Tahu,
tentang segala keaiban diri ini. Tentang segala kekurangannya. Tentang segala
sesuatu yang kita tak ingin makhluk lain
mengetahuinya. Tentang Sesuatu yang kita mati-matian menyembunyikannya. Dan tentang
sesuatu yang mungkin kita tak sanggup mendongakkan wajah sedikitpun saat orang
lain mengetahuinya.
Nyata sudah, bahwa kita manusia banyak
kurangnya. Nyata sudah, bahwa makhluk tak banyak taunya. Nyata sudah bahwa
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Baik dengan mengaburkan aib hambanya, supaya tak
tertangkap oleh manusia.
Kembali tentang kematian. Ada banyak
rahasia di dalamnya. Ada banyak hikmah dibaliknya. Tinggal siapa yang mau dan
bijak menemukan hikmah yang berserakan itu. Untuk dikumpulkan, demi menguatkan
ketaatan.
Ya
Allah Ya Rabb..
Kami
mohon, Karuniakan selalu kasih saying dan rahmat-Mu untuk saudari kami yang
sudah dijemput utusan-Mu dan limpahkan selalu karunia dan rasa syukur-Mu untuk
kami yang ditinggalkan dan tengah menunggu antrian.
Allahumma
Aamiin.
Salam
Cinta.
Murdianti.lusi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar