adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

25 Des 2017

Merasakan kehilangan

Desember 25, 2017 0 Comments

 Hasil gambar untuk merelakan kehilangan keluarga, animasi

22 November 2017


Ada yang berbeda dengan pagi kali ini.  Notifikasi di hp memperlihatkan beberapa kali panggilan dari umak tidak terjawab.  Bukan sengaja, karna memang hp saya di silent dan lupa untuk diberi nada kembali.  Sampai sekitar pukul 8.00, hp itu berbunyi kembali.  Pelan pelan saya angkat sembari mengucapkan salam. 
 "Assalamualaikum mak".  
Terdengar jawaban di ujung sana.  "Waalaikumussalam". 
 "Ade ape mak"  sambung saya.  
"Ndak, mau ngasi tau uwan (nenek) mu udah ndak bisa bangun lagi, ndak bisa dikasi makan lagi tapi nafasnya masih ada. 

(terdiam, belum bisa ngomong)..

" Kalau misalnya ada mau diomongin, nanti mak taruhan hp dekat telinganya, sekalian bacekan AlFatihah".
"Iye mak". 
"Tunggu dulu ye, jangan dimatikan hp nye mak ke rumahnye bentar"(rumah uwan disamping rumah)..

Setelah beberapa menit terdengar lagi suara.  "udah na, ngomonglah".. 

Kata kata yang selalu saya ingat karna ini moment terakhir dengan beliau.
" Wan, itok dian. Wan, Dian minta maaf kalau misalnya pernah buat salah same uwan.  Uwan cepat sembuh ye Wan. 
Dilanjutkan dengan bacakan Alfatihah ke telinga beliau."., 
sampai akhirnya di hp suara mak kembali terdengar. 

" Udah dolok ye yan..  Mak nak balik dolok bentar. 
"Iye mak.  Dah yok Assalamualaikum. 
" Waalaikumussalam wr. Wb.. 


Saya termasuk orang yang percaya dengan feeling dan perasaan hati.  Karna pernah beberapa kali perasaan saya kurang enak, dan benar benar ada yang terjadi (katakanlah musibah).  Dan setelah acara telponan pagi tadi juga begitu.  Saya berangkat ke kampus,  sepanjang jalan terbayang bayang  akan pulang ke rumah minggu ini. Sampai sore terus seperti itu.
Rabu itu saya sampai ke rumah ba'dha maghrib.  Setelah sholat, iseng tangan saya meraih hp dan dari sekian ratus chat yang masuk di Wa nya saya tertuju pada pesan singkat dari Along (kakak saya).. 

"Yan, uwan dah sian agek" (Yan, uwan udah tidak ada lagi)..  begitu bunyi pesan singkatnya.
"kau mau ikut balek ndak malam tok"??.. 

Langsung saya balas
"Innalillahi wa Inna ilaihi raajiun".. Ikut balik lah long".. 

Terdiam sejenak, terbayang obrolan singkat pagi tadi. Ya Allah , mengapa secepat ini.  Belum banyak bakti yang saya lakukan untuk uwan. 7 tahun terakhir semenjak SMA sudah belajar di luar. Bertemu hanya saat liburan saja dengan beliau.  Beliau yang selalu memeluk dan mencium saya kalau main ke rumah sambil bilang "cucu ku e alah cucuku"..  ..
Malam itu juga saya izin dengan orang rumah untuk pulang ke Sambas.  Rencana pertama pakai bis jam 12 malam.  Tapi ditawari lagi menggunakan taksi jam 9. Akhirnya saya dan along putuskan untuk pakai taksi.
Berangkat jam 9 malam,  tiba di Sambas pukul 1 malam sambil menunggu jemputan bapak dan sepupu.  Dari Sambas ke kampung harus menempuh perjalanan jalan setapak 30 menit menggunakan sepeda motor,  melewati hutan yang menghubungkan 5 desa.  Alhamdulillah,  jalanan sepi yang kami lewati berakhir tepat pukul 2 subuh sampai di rumah.  Beberapa orang terlihat berjaga di depan rumah uwan.. Juga beberapa saudara bapak berdatangan dari luar daerah.

Proses penyelenggaraan jenazah Almarhumah akan dilakukan pada pukul 1 siang.  Alhamdulillah,  saya masih berkesempatan membacakan yasin,  menyiramkan air pada saat memandikan jenazah dan mengantarkan uwan ke tempat pemakamakan nya.  Butir bening  tak berhenti menitik karna menyaksikan langsung bagaimana ia dimandikan lalu dikafankan sampai pada moment paling menyentuh,  harus merelakan beliau di kubur dan ditinggalkan sendiri.  

Ya Allah. Lapangkanlah kubur uwan hamba dan terima segala amal baiknya serta tempatkan beliau disisi terbaik-Mu ya Rabb jauhkan beliau dari siksa kubur dan siksa api neraka.. Aamiin.. 

Hasil gambar untuk merelakan kehilangan keluarga, animasi

19 Nov 2017

Berpisah sebentar, lalu berkumpul bersama

November 19, 2017 0 Comments
Perpisahan..
Sejujurnya berpisah memang meninggalkan luka,
Meninggalkan kesedihan..
Saat kebersamaan direnggut oleh satu kata..
Pulang..
Menuju haluan masing-masing..
Setelah proses berkumpul untuk waktu yang lumayan lama..
Perpisahan..
Sejatinya adalah sebuah keniscayaan..
Sudah hukum alam..
Tak bisa ditentang
Sulit diredam ..
Kita berpisah teman..
Hari ini..
Sore ini..
Petang menjelang malam ini.
Saat deruman suara kendaraan terdengar menjauh dari medan..
Medan ukhuwah kita..
Tapi kali ini beda.
Aku ingin memaknai perpisahan kita dengan logika terbalik..
Cara pandang yang tak biasa..
Saat orang berfikir pertemuan kita berakhir dengan kata perpisahan hari ini.
Aku merasa bahwa kita baru saja memulai untuk berkumpul hari ini..
Kta baru menyamakan persepsi hari ini..
Kita baru mulai menyusun langkah untuk perjuangan ini ..
Oleh karnanya..
Tak ada guna luka berkepanjangan..
Walaupun masih terasa sensasi kebersamaan beberapa hari ini..
Ini awal langkah kita..
Dengan semangat baru..
Orang orang baru..
Dan langkah yang tak pernah ragu.
Salam cinta.
Murdiantilusi

Hasil gambar untuk menunggu persahabatan kartun

Re_Generasi

November 19, 2017 0 Comments

 


Perjuangan dan kejayaan adalah sesuatu yang bermasa.  Ada rentang waktunya meski kita selalu berikhtiar agar perjuangan ini berakhir hanya saat Sang Maha Pemilik menakdirkan batas finishnya.
Adalah regenerasi, proses menelurkan bibit bibit baru agar kisah perjuangan tidak seketika terhenti begitu para pejuang lama sudah kembali. Dengan harapan akan tumbuh para pejuang baru penerus risalah perjuangan.. Dan pada titik tertentu sudah semestinya proses ini terus menerus berulang, tanpa jeda .  Harapan yang ditularkan,pemahaman yang ditransformasikan menjadikan bibit itu tumbuh selayaknya pohon sebelumnya.  Agar cita cita awal itu sampai dan terealisasikan..
Saya, adalah termasuk generasi baru buah perjuangan kakak yang disamping pada masa juangnya.  Awal bertemu tiga tahun yang lalu, kala beliau semester sembilan dan saya masih semester satu.  Alhamdulillah, Biiznillah.  Beliau mewariskan perjuangan dan amanah ini kepada adik adiknya.  Lalu sekarang, giliran pundak ini yang akan berjuang menumbuhkan bibit baru itu. Agar perjuangan terus tumbuh dan mencapai titik jayanya..
#alfatih
#JayakanIndonesia

Hasil gambar untuk regenerasi dan membina. kartun

5 Nov 2017

Amanah Seorang Pemimpin

November 05, 2017 0 Comments


Amanah Seorang Pemimpin

“Setiap kamu itu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”
Hasil gambar untuk amanah pemimpin+kartun

Hasil gambar untuk amanah pemimpin+kartun

*****
Rekadena, 14 Oktober 2017
            Sebuah moment yang membuat saya tersadar dan kembali berfikir. “Sudahkah saya berlaku  amanah sebagai seorang pemimpin?” *Pemimpin diri sendiri,  maupun di organisasi ataupun amanah sebagai yang dipimpin sebagai jundi. Alhamdulillah saya ucapkan “big thanks” kepada Kak Kiki Amalia selaku mentor yang luar biasa di GenBI karna udah bikin saya nangis waktu kegiatan GenBi Camp saat sesi muhasabah. Hehe, makasih ya kak. Yups, beliau menyinggung dan mengingatkan akan pentingnya komitmen dan amanah. Seringkali kita menyanggupi dan menerima sebuah amanah, tapi tidak kita jalankan dengan sebaik-baiknya pada prosesnya. Satu kata dari beliau  yang sangat menyentuh bagi saya  ketika beliau mengatakan seperti ini “Teman-teman, pemimpin itu selangkah lagi kakinya ke neraka jikalau tidak bisa memimpin dan mengarahkan anggota yang dipimpinnya”. Artinya jangan sampai amanah ini menjauhkan kita dari syurga namun lantas membawa kita ke neraka. Na’uzubillahi min dzalik.


            Jika bisa, saya juga ingin menciptakan moment yang sama seperti yang kak kiki lakukan pada saya dan teman-teman yang lain. Moment untuk mengumpulkan para rekan-rekan seperjuangan, terkhusus yang saat ini berada pada garis yang sama. Ingin  turut menyentuh serta menggugah kesadaran mereka bahwa amanah ini sungguh bukan perkara biasa, adalah pertanggungjawaban dan juga amanah ini mestilah kita jalankan dengan sebaik-baik ikhtiar dan upaya. Karna kita pasti akan dituntut atas ini nantinya. Ini juga pengingat bagi saya pribadi yang terkadang lalai akan amanah yang telah dititipkan dengan alasan beragam kesibukan.
            Coba ingat-ingat kembali saat ini amanah apa saja yang sedang kita jalani. Runut satu-satu hingga akhirnya kita temukan titik temu, titik dimana terdapat kesimpulan singkat bahwa bisa jadi yang sudah  kita  kerjakan selama ini belumlah ada apa-apanya, bahwa selama ini kebanyakan kita lalai atas amanah yang kita punya, atau perjuangan yang kita lakukan belum juga pada titik maksimalnya. Hingga tugas tugas besar itu masih banyak yang perlu kita tuntaskan satu persatu. Pertanggungjawaban moriil di hadapan Allah itu sudah pasti meskipun pertanggungjawaban di hadapan manusia masih bisa kita hindari.
            Tugas saudara adalah saling mengingatkan. Maka ini adalah ikhtiar saya sebagai saudara mengingatkan teman-teman semua. Ingatkan juga saya ketika jauh atau lalai dengan amanah yang ada. Semoga amanah ini menjadi jalan yang menghantarkan kita agar semakin dekat dengan Allah SWT teman-teman, bukan untuk mencari tatapan kagum manusia. Oleh karena itu, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar  agar amanah ini menjadi washilah kebaikan untuk kita semua. Aamiin.

Hasil gambar untuk amanah pemimpin+kartun

24 Okt 2017

SAAT ALARM ITU BERDENTING KEMBALI

Oktober 24, 2017 0 Comments


SAAT ALARM ITU BERDENTING KEMBALI

“Untuk kesekian kalinya ia mengeluarkan suara khasnya
Hitungan dua puluh dengan dentingan nyaring tak berirama
Memecah hening membangkitkan cerita”
(LM)

*******
22 Oktober 2017

            “Barakallah fii umriki ukhtii”. Semenjak tadi pagi, kata-kata ini tak berhenti memenuhi notifikasi whatsapp dan juga beranda facebook. Benar, hari ini adalah hari ulang tahun saya. Tepatnya ulang tahun ke 20. Dari beberapa hari yang lalu saya sudah mulai berhitung mengira-ngira “benarkah saya udah 20 tahun?”. Terjawab sudah hari ini, nyatanya memang iya.
            Beragam do’a dan harapan yang teman serta sahabat panjatkan. Intinya adalah mereka mendoakan keberkahan pada umur saya, kemudahan segala urusan, juga kesuksesan dunia akhirat. Alhamdulillah, makasih semuanya.
            Jika yang lain merayakannya dengan sebuah “moment berharga”  biasanya, kali ini saya tidak. Masih seperti biasa dengan rutinitas setiap hari yang kurang lebih dari hari ini ke hari lainnya. Ulang tahun dan pertambahan usia adalah siklus, hal biasa yang saya yakin setiap orang sudah tentu melewatinya. Ulang tahun kali ini benar-benar biasa saja, tanpa kue seperti tahun sebelumnya. Malah adek-adek yang minta bawakan kue, please deh J
            Sampai di titik ini, saya sangat bersyukur atas segala nikmat dan limpahan anugerah yang senantiasa Allah hadirkan pada rentang fase yang sudah saya jalani. Maka izinkan saya merasa menjadi makhluk paling beruntung karena diberikan skenario kehidupan yang sungguh sangat luar biasa oleh Allah SWT. Atas rezeki yang terkadang tidak saya sangka-sangka kedatangannya, kemudian amanah dakwah yang sengaja Allah hadirkan untuk menguatkan dan menguji keistiqomahan, juga kisah manis pedas pahit asam asin yang kian menambah nikmatnya dinamika kehidupan.
            Sore tadi saya baru saja menuliskan sebuah kata nasehat untuk kakak saya (along)  yang ulang tahun seminggu lalu..*ultahnya minggu lalu padahal.  Dengan kata-kata seperti ini ; “Usia yang berkah adalah yang ketika ia bertambah, maka bertambah jugalah ketaatan dan rasa takut kita kepada Sang Pemilik usia. Maka sejauh apapun dirimu melangkah, ingatlah untuk selalu kembali ke tempat semula”.
            Barangkali ini juga nasehat yang bisa saya gunakan untuk menasihati diri . Bahwa sebenarnya 20 hanyalah  hitungan manusia. Standar sesungguhnya adalah ukuran dan kualitas bekal amaliyah yang kita punya. Saat kita mengerti esensi dari hakikat pertambahan usia , maka bukan euforia kebahagiaan berlebihan yang kita rasakan, melainkan rasa takut dan berjaga-jaga “Sampai hitungan ke berapa kematian akan menemui kita?’ atau “ Sampai pada titik mana Allah menetapkan limit waktu kita berjuang di dunia?”.
            Bertambah umur, selain sebagai pengingat jatah usia juga sebagai tolak ukur capaian tentang karya-karya yang kita cipta. Orang yang paling beruntung ialah saat perjalanan hari-harinya senantiasa melahirkan karya yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya, *Khoirunnas anfa’uhum linnas. Semakin produktif, berkembang serta bertambah amalan shalihnya. Harapan sederhana yang semoga saja bisa membuat sisa umur ini menjadi bermakna.

Alhamdulillah.
22 Oktober 1997