adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

7 Des 2019

Kita bisa apa

Desember 07, 2019 0 Comments




Kita ingin difahami.
Bicara kita dimengerti tanpa tersalah arti.
Maksud kita di respon dengan baik tanpa dibumbui prasangka yang keliru.
Itu yang kita inginkan bukan?

Tentu saja
Kita selalu ingin seperti itu.
Tapi apa daya.
Lisan kadang tak terlalu mampu menyampaikan itu semua.
Dan setiap orang punya telinga, mata dan fikiran yang berbeda untuk memahaminya..

Akhirnya diri sadar bahwa tidak semua harus dijelaskan.
Ada hal yang sejatinya cukup kita simpan.
Kita tahan sendiri tanpa banyak yang tau.
Namun memang,
Ada hal yang jika tak kita katakan akan jadi pembenaran.
Namun saat disampaikan, dinilai sebagai sesuatu yang berlebihan.
kita bisa apa?

Aku yakin
Jika hati sudah terpaut,
Entah sebab persahabatan ataupun persaudaraan. Hal kecil seperti ini tentu dengan sangat mudah difahami.
Tanpa takut tersalah arti dan menimbulkan sangka di hati.
Memahami dan memaafkan adalah pelajaran berharga yang harus selalu kita pegang di setiap perjalanan.

Bismillah.. 💪



#catatanaksara

20 Apr 2019

Melangkah Kembali

April 20, 2019 0 Comments


Beruntunglah makhluk-makhluk merdeka.
Siapa saja mereka yang berani melangkah kembali meninggalkan masa lalu.
Sesuatu yang sudah semestinya tak perlu ditangisi dan diingat-ingat lagi.

Beruntunglah orang-orang yang rela berjalan jauh demi sampai ke titik ini.
Tempat di mana kita hanya akan membicarakan tentang hari ini dan hari-hari ke depan.
Bukan hari kemarin yang telah dilewatkan atau mungkin saja akan kita tertawakan.
Lalu melangkah dengan ritme yang cepat menjadi pilihan yang tepat.

Kita pernah terjatuh, terluka, kecewa dan berair mata.
Kita pernah melakukan hal keliru yang menimbulkan penyesalan dan tanda tanya.
Apakah setelah itu kita memutuskan berhenti berjuang sebab merasa takut tak sampai tujuan?

Aku yakin.
Hidup adalah perjalanan.
Tidak semua hal di dalamnya menyenangkan bukan?
Arusnya terkadang lurus, kadang juga lamban.
Jalannya juga tak selalu mulus, pasti akan ada kelokan kecil, atau bahkan tikungan.
Tak melulu terisi bahagia dan cinta .
Ada juga cacian dan pengkhianatan.


Apa karena semua itu kita memilih menyerah?
Pasrah dan berhenti berusaha dengan dalih bertahan dan butuh ketenangan?
Lalu mengatakan ini adalah akumulasi dari ketidakberdayaan.

Bagiku itu alibi.

Manusia cerdas tentu tak melihat itu semua sebagai alasan.
ia dengan segenap kelapangan hati dan jiwa akan memandang inilah dinamika perjalanan.
Apapun yang terjadi, kita mesti tetap berpijak pada kenyataan bahwa langkah kita selalu diawasi Tuhan.
Senang, sedih, keberhasilan, kegagalan, Tuhan sudah menyiapkan itu semua.

Tuhan Yang Maha Dekat ingin terlebih dahulu melihat usaha kita.
Seberapa tangguh, seberapa gigih, seberapa besar upaya kita untuk terus melaju dan bangkit dari keterpurukan.

Jadi, melangkahlah kembali.

Kerahkan segenap energi yang kita miliki untuk melewati hari ini dan hari-hari selanjutnya.
Yakinlah, segala hal yang kita anggap beban berangkali merupakan ujian yang akan menghantarkan kita menuju kebahagiaan.

Garis takdir, kita harus percaya.
Apapun , baik itu kenangan atau bekas luka yang ada justru membuat kita semakin dewasa.
Menyadarkan bahwa sehebat apapun manusia, ia tetap makhluk Tuhan yang tak berdaya di hadapan Pencipta-nya.
Namun bukankah Tuhan meminta kita untuk selalu berjuang di setiap keadaan?

Ya Berjuang, kita harus berjuang.
Jangan pernah patah semangat..


Sekarang, tatap bayangan di depanmu dan bisikkan:
"Melangkahlah kembali wahai diri"..
🤗🤗🤗
******
@Catatan.Aksara💙

26 Mar 2019

Kisah miliknya..

Maret 26, 2019 0 Comments

"Dua pasang mata berkaca kaca. 
Satu milikku, 
dan satu lagi  milik dia yang tengah bercerita."


      Sesekali kami terdiam. Sembari menatapnya lekat, aku kembali menfokuskan perhatian untuk menyimak tiap kalimat yang dia ucapkan. Mendengarkan, juga ikut merasakan kesedihan yang kemarin dihadapinya.

        Kisahnya sangat menyentuh. Pengalaman sembilan bulan pulang dan berjuang di kampung halaman. Lombok timur, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

        Hari ini adalah kali pertama kami berjumpa setelah genap sebulan kedatangan dia kembali ke kota ini. Hampir sepuluh bulan setelah kepergian mendadaknya sebab urusan penting yang tentu saja tak bisa dia tunda. Pulang demi orang tua. Menunaikan bakti sebagai anak pada sosok yang berjasa penuh dalam setiap hela nafasnya. Kemudian kepulangan itu juga menjadi jalan perjuangan luar biasa saat menghadapi sesuatu yang sama sekali tidak disangka. Gempa. Berkali kali. Ya, manusia yang sedang di hadapanku saat ini adalah salah saksi mata bagaimana gempa meluluhlantakkan sebagian wilayah bumi Nusa Tenggara.
        "Ketika menginjakkan kaki di Bandara waktu itu kakak sudah mengikhlaskan jika memang tak ditakdirkan untuk kembali lagi ke kota ini". Ujarnya membuka cerita.

          Kepulangannya saat itu adalah karna mendengar kabar bahwa Ayahnya tengah sakit. Beberapa kali bolak balik rumah sakit; dia yang berada di sini tidak pernah diberitahu tentang hal tersebut, mungkin untuk menjaga perasaannya agar tidak terlalu cemas sebab berjauhan jarak dengan orang tua.

      "Waktu pertama kali tahu malam itu kakak langsung putuskan untuk pulang dek. Sambungnya.

      Kesedihan pertama adalah saat melihat langsung orang yang sangat dicintainya terbaring lemah tak bisa berbuat apa-apa. dan selama rentang itu pula dia dan keluarga sering bolak balik rumah sakit untuk merawat Ayahnya.

"Kakak di mana saat kejadian gempa yang pertama?" Tanyaku memberanikan diri membuka suara.

     "Kakak di rumah sakit. Semua orang saat itu panik dan kami juga keluar dalam keadaan panik dan takut. Kakak, Ayah, Ibuk, dan Adek kakak yang kecil saling menyelamatkan. Semua berkumpul di luar karna khawatir tertimpa material bangunan di dalam". Ujarnya.


"Dan setelah yang pertama, ada lagi gempa susulan kedua yang lebih kuat dan beberapa gempa susulan lain". Sambungnya.



          Aku menghela nafas mendengar lanjutan ceritanya.  Banyak sekali yang dihadapinya di sana. Mulai dari  cobaan hp yang hilang entah kemana sehingga akses komunikasi terutama di whatsapp harus terputus dengan teman-teman di sini, sampai kegiatan hari hari beliau di medan pengungsian. Mengajar ngaji, mengkoordinir anak-anak remaja putri untuk membagikan nasi di tenda-tenda pengungsi, membantu Ibu, merawat Bapak, mengaktifkan diri kembali di kegiatan-kegiatan dan pengajian, lalu banyak hal lain lagi yang dia kerjakan.


 “Entah kenapa kakak serasa di lempar jauh dek". Ujarnya menyambung cerita.
 
"Kayak Allah tu benar-benar mau membuka mata kakak dan ngasi kakak pelajaran. Menghadapi kondisi yang jauh berbeda dari kehidupan disini dan saat pulang ke sana. Membuat kka sadar apa yang harus kka perjuangkan. Di tengah keadaan serba sulit apa yang harus kakak lakukan. Kakak benar benar belajar banyak hal."

           Dia dan orang-orang di sana mendapat banyak pelajaran dan tentu saja perubahan.

"Alhamdulillah dek, masjid masjid yang masih berdiri jadi penuh dipenuhi orang-orang yang shalat berjamaah, di tenda pengungsian sebelum tidur kami baca Yasin sama-sama. Itu menyenangkan , Alhamdulillah"..


       “Apa yang menyebabkan kakak kembali ke sini” tanyaku di penghujung pembicaraan kami. 

      “Kakak ingin menyelesaikan sesuatu yang sudah Kakak mulai”. Jawabnya dengan suara yang rasanya terdengar sedikit bergetar.

      "Walaupun orang tua mengatakan tidak apa-apa yang penting udah dapat ilmunya.

Tapi Kakak tau, di balik itu semua mereka pasti menginginkan kakak selesai, Kakak tidak ingin membuat mereka kecewa."

    “Dan perjuangan untuk kembali ke sini juga tidak mudah.  Kakak berjanji untuk menyelesaikan urusan disini segera dan pulang secepatnya. Itu janji yang kka sampaikan kepada orang tua."

Aku termenung. Inilah rupanya alasan dia kembali ke kota ini dan menata semuanya lagi. Untuk orang tua.

**********

Dan kamu dek. Apa ceritamu?  Tanyanya dengan senyum simpul.
       Aku terdiam sejenak sembari membalas dengan senyum yang sama sebelum akhirnya tertawa dan mengatakan.  

"Aku gak punya cerita apa-apa kak. " balasku
        Mendadak aku malu dan kehilangan percaya diri untuk menceritakan hal receh yang kerap kali kutulis di blog dan sering dibacanya saat masih di sana. Kata-kata yang tersusun di sepanjang perjalanan pergi tadi kutahan untuk dikeluarkan. Menurutku, cerita miliknya sudah cukup mengisi pertemuan kami hari ini.
 
         “Mendengar kisah kakak membuatku berfikir bahwa masalah yang kemarin rasanya besar sebenarnya adalah kecil. Tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan cerita kakak yang nilainya 100, ceritaku mungkin hanya 5." Jawabku.

"Apa itu? Ceritalah dek. Setiap orang kan punya masalah dan cerita yang berbeda. Kakak ingin mendengar ceritamu." bujuknya

       Lalu meluncurlah cerita recehku. Sedikit. Yang tentu saja  tak berarti apa-apa dibanding kisahnya.


hey,
Banyak pelajaran yang kudapat hari ini dari kakak yang ku kagumi. 
Kak Husnia.. 
Membuka satu lagi ruang berfikir untuk kita terus bersyukur, bersyukur dan bersyukur.
  
“Orang hebat pasti akan diuji dengan ujian yang hebat” 
Aku yakin, salah satunya adalah kamu Kak.

Aku kagum padanya.. 
"Selamat berjuang kakak ku sayang. Semoga kakak dimudahkan urusannya untuk  mewujudkan harapan mereka yang tengah merindukan kka di sana. (Ayah, Ibu, adek, dan keluarga kakak)

Aamiin.."


Laa haula wa laa quwwata illa billahil aaliyyul aaziim

********

@Catatan.Aksara
-Penghujung Maret 2019-





1 Mar 2019

Namanya Takdir ..

Maret 01, 2019 0 Comments


Di dunia ini
Ada yang tak mampu kita lawan.
Tidak bisa dielakkan.

Namanya takdir.
Sesuatu yang semakin kita tanyakan maka semakin tak kita temukan jawaban.
Sulit diprediksi, hanya untuk diikuti.

****
Di semesta ini
Ada yang harus kita terima apa adanya.
Terima semuanya, apa saja.

Namanya takdir.
Sebuah rahasia besar yang barangkali membuat kita geleng-geleng kepala.
Tidak menyangka akan seperti apa.

****
Iya, namanya adalah takdir.
Naskahnya tak bisa eja.
Alurnya tak bisa di baca.
Jalannya tak bisa diterka.

Tugas kita sebagai manusia hanya tunduk dan percaya.
Sebab itu bukti ketaatan kita kepada Pencipta.
Bukankah setiap makhluk yang beriman memang mesti tunduk pada qada qadar-Nya.?

****
Begitulah garis takdir.
Segala sesuatu yang terjadi saat ini sesungguhnya telah tertulis jauh sebelum kita ada.

"Tinta yang telah mengering.
Lembar yang sudah siap dibacakan."

Di dalamnya ada banyak cerita hidup.
Tentang kebahagiaan yang membuncah.
Tangis yang membuat air mata tumpah.
Satu persatu alur hidup ini teratur sempurna, sedetail detailnya.

****
Allah lah Sang Pemilik Hakiki sebuah rencana. .
Kita manusia.
Hanya bisa percaya.

****
#Catatan.Aksara💙

16 Feb 2019

Kita tak pernah tau..

Februari 16, 2019 0 Comments


Kita tidak pernah tahu siapa yang akhirnya nanti benar-benar memenangkan hatimu.

Dia yang sedang menunggumu;
Aku yang pernah mengagumimu;
Atau orang lain yang saat ini sama sekali belum mengenalmu.

Kita tidak pernah tahu siapa yang akhirnya nanti benar-benar memenangkan hatimu.

Dia yang pernah kau beri janji.
Aku yang kehadirannya tak kau sadari..
Atau orang lain yang sampai saat ini belum kau temui.

Kita, tentu tidak pernah tahu siapa yang akhirnya nanti benar-benar memenangkan hatimu.

Dia yang hari ini masih sangat berharap segera kau jemput..
Aku yang diam diam perlahan mengubur perasaan ..
Atau orang lain lagi; yang nanti mengisi ruang kosong hatimu..


Sebab kita tidak pernah tahu siapa yang nanti akhirnya benar benar memenangkan hatimu.

*****
Aku yakin kamu juga belum tahu.
Meski detik ini kamu diam diam sudah memiliki pilihan.

Tapi bukankah keputusan itu bisa berubah kapan saja?
Seperti kebanyakan cerita yang berpindah alurnya seketika.
Hari ini kita merencanakan A.
Besok, nanti, atau detik berikutnya. 
Bisa saja A menjadi Z. 
Atau sebaliknya.

Begitulah takdir.
Ketidakmungkinan mampu jadi kenyataan jika Sang Pengatur Takdir sudah menggariskan demikian.
Begitu juga dengan ceritamu nanti.

*****
Pemilik hatimu adalah Allah.
Maka sore hari ini. 
Dibawah langit biru mendung yang sebentar lagi melahirkan hujan.

Aku berdoa perlahan😊:

"Semoga Allah menunjukkan jalan terbaik untuk kamu menjemputnya. Menakdirkanmu bersama dia yang Allah kirim untuk menemanimu selamanya. Berjuang bersamamu. Di masa  senang maupun masa sulitmu.
Semoga segera kau temukan dia;
Manusia beruntung yang akhirnya nanti benar-benar memenangkan hatimu."


*****
Rindang Alam, 16 February 2019
15.23

@Catatan.Aksara💙




15 Feb 2019

Andai..

Februari 15, 2019 0 Comments


Andai hukum semesta memberikan pilihan pada manusia agar bisa memutar waktu, mengulang perjalanan ke masa lalu; dan
mundur beberapa saat untuk mengubah beberapa keputusan yang pernah dibuat dulu. 

Maka aku memilih untuk menjadi barisan pemutar waktu itu.
Berbalik sebentar ke belakang demi menghapus sepotong kenangan.

Hanya bagian tentang pernah mengagumimu.

Aku ingin melewatkannya saja. 
Sampai benar-benar lupa.

Atau yang lebih ekstrim; 
Aku ingin memohon kepada Tuhan agar kita tak pernah dipertemukan.
Sebab perjumpaan denganmu adalah episode yang kuharap tak pernah tersimpan. 

Kisah tentang ketidakmampuan memiliki, juga ketidakpantasan mengagumi.

Aku
selalu berharap ia segera hilang, pergi, musnah seketika.

Namun nyatanya.
Ku masih di sini. Di dekatmu.
Melapangkan hati.

***
@Catatan.Aksara💛🌼