adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

13 Sep 2018

Review Buku “AGAR BIDADARI CEMBURU PADAMU”





Agar Bidadari Cemburu Padamu,
“Setangkai cinderahati untuk wanita shalihah pendamba surga, pembuat iri bidadari dan para lelaki yang ingin menikahi”
(Ustadz Salim. A Fillah)

*********
          Seminggu sebenarnya waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan buku yang dari judulnya saja sudah banyak yang suka. Harusnya saya bisa melahapnya dalam dua hari, tapi apa boleh buat ada aktivitas lain yang juga menuntut untuk diselesaikan. Oke, balik lagi pada buku “Agar bidadari cemburu padamu”, Pilihan kalimat pada judulnya menurut saya sangat menarik. Barangkali ini yang menyebabkan buku ini berulangkali dicetak ulang (Barakallah ustadz). Tanda tanya pasti muncul di benak kita “Apa iya bidadari bisa cemburu kepada wanita dunia? Hmm.. nanti akan terjawab.
          Nah, di bagian belakang cover buku. Sang penulis yaitu Ustadz Salim A.Fillah, salah satu penulis favorit saya; menyampaikan bahwa:
Buku ini hadir untuk wanita yang ingin menghadirkan atmosfer surga dalam setiap hirup nafasnya. Yang muda maupun yang telah kaya pengalaman hidup. Yang sudah mendampingi dan didampingi, juga yang sedang menanti. Lalu para lelaki, seharusnya mereka juga tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan keadilan syariat Allah. Menjaga tanpa mengekang, menghormati kebebasan namun tetap melindungi, serta memberikan rasa nyaman sekaligus rasa aman. Ia menjadikannya rusuk kiri, dekat ke tangan untuk dilindungi, dekat ke hati untuk dicintai.”

          Buku dengan 254 halaman ini terdiri dari beberapa bagian. Ada sepuluh bab kurang lebih yang berisi penjelasan yang penulis paparkan dan ceritakan. Sebelum memasuki bab demi bab, di halaman awal penulis melampirkan arti dari beberapa kosakata yang akan kita temukan di halaman-halaman selanjutnya di buku ini yang mungkin masih belum terbiasa didengar orang-orang pada umumnya  seperti afwan, akhwat, ikhwan, antum, tarbiyah, ta’aruf, dsb.. ini sangat membantu.
          Bab demi bab akan membuat kita hanyut dalam arus perenungan.

***************************
Menyelam Dan Berenang Di Laut Kasih Sayang
          Mengapa tak banyak yang pandai bersyukur? Begitu penulis membuka tulisan. Pertanyaan itu barangkali akan membuat kita tersentak.  Begitulah manusia, terkadang lupa dengan nikmat yang dianugerahkan Pencipta, hanya penyelam nikmat yang matanya terbuka, hatinya bercahaya dan akalnya sehat mencerna yang bisa memaknai betapa tidak ada penciptaan yang sia-sia, betapa Allah sayang kepada makhluk-Nya.
          Begitupun para wanita, penulis memaparkan kondisi pada masa jahiliyah dimana kekacauan logika berakibat fatal pada eksistensi wanita. Wanita dipandang sebelah mata ,direndahkan, bahkan tidak diterima. Lalu Islam hadir menyelamatkan dan memuliakannya, terhapuslah kezaliman atas hak hidup perempuan. Ketika risalah hadir, ia menjaga hak hidup wanita sehingga terus bertambah jumlahnya, Allah sempurnakan perlindungan-Nya lalu Allah tutup pintu-pintu kerusakan untuknya dengan aturan-aturan.
          Pada intinya, kita harus menyadari bahwa pembebasan yang dilakukan Islam untuk para wanita adalah salah satu bentuk nikmat terbesar yang wajib kita syukuri. Sekali lagi kita katakan “Betapa Allah sayang kepada kita”.

Sayang Padaku, Sayang Semuanya
          Di bagian ini, penulis mengajak kita untuk datang kepada Allah dan Rasul-Nya dengan husnudzan. Segala aturan yang disyariatkan adalah bentuk kasih sayang terbesar untuk hamba-hambaNya. Bagian ini membahas kedudukan wanita dalam Islam terkait beberapa hal. Kepemimpinan misalnya; dalam QS. An-Nisa: 34 disebutkan bahwa laki-laki adalah Qawwam (pemimpin) bagi kaum perempuan. Dalam Fatawi Mu’ashirah-nya Al-Qardlawi  menuliskan bahwa ini berkaitan dengan kehidupan berkeluarga yang didahului dengan penegasan kesetaraan hak dan kewajiban.
          Atau ada hadist yang menyebutkan bahwa “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menguasakan urusan mereka kepada kaum perempuan”. Rupanya yang dimaksud hadist ini menurut Syaikh Yusuf Qardlawi adalah kekuasaan umum seluruh umat (memimpin daulah). Adapun urusan tertentu yang khusus tidak ada larangan wanita untuk menguasainya seperti bidang pendidikan, administrasi dan lain lain. Untuk itu, wanita tidak perlu merasa diperlakukan tidak adil sebab di awal Surah An-Nisa (An-Nisa: 1) menegaskan bahwa hakikat penciptaan manusia adalah satu dan yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
          Selain itu ada juga terkait soal waris. Dengan aturan laki-laki mendapat dua bagian dan perempuan satu bagian. Hikmahnya adalah  kita patut sadari bahwasanya tanggung jawab yang harus dipenuhi  para lelaki juga lebih besar. Terkait akal dan agama, Rasulullah menyebutkan bahwa wanita adalah makhluk yang kurang akalnya. Juga dalam hal persaksian dimana jika tidak ada satu saksi laki-laki maka boleh digantikan dengan dua saksi wanita. Apakah berarti wanita tidak lebih mulia daripada laki-laki? Ternyata, yang dimaksud dengan kekurangan adalah kekurangan dalam hal kuantitas agama, bukan dalam hal kualitas. Hal ini juga disebabkan oleh karunia Allah seperti haidh sehingga para wanita punya masa libur beberapa waktu dalam hal ibadah wajibnya. Penulis menyebut inilah kesetaraan terindah. Ketika hak-hak individu laki-laki maupun wanita tak saling melampui. Coba kita renungkan QS. Al-Ahzab : 35.
          Pada akhirnya kita menjadi ridha pada pembagian ini. dari labuhan ikhlas, kita berangkat mengarungi laut kelapangan dada.
“Dan jangan lah kalian merasa iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian diantara kalian atas sebagian yang lain (Qs. An-Nisa : 32)

Bidadari Dan Kita, Mahakarya!
          QS.At-Tiin : 4-6  disematkan sebagai pembuka. Kita adalah mahakarya yang diciptakan Allah dengan perhatian Istimewa. Lalu bidadari, terdapat dalam QS. Ali Imran : 15 . “dan Isteri-Isteri yang suci”. Yang selalu suci, yang tak pernah beringus, berdahak, haidh dan tanpa hadats. Yang sebaya dan selalu muda. Itulah bidadari. Tak hanya fisiknya yang mempesona namun juga akhlaknya. Dalam QS. Arrahman : 56 disebutkan “di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. Tidak pernah disentuh manusia sebelum mereka, tidak pula jin”. Kesucian bidadari adalah kesucian yang menyejukkan mata, membuat hati selalu ridha, rasa selalu fresh dan tentram. Dengan segala kelebihannya, apa iya bidadari bisa cemburu kepada kita? Dan  bagaimana kita bisa membidadarikan diri?
Dan ini jawabannya J:
        QS. Ad-dukhan : 51-54 menjadi pembuka sebuah dialog panjang antara Ummu Salamah dengan Rasulullah SAW. Dalam hadist yang sangat panjang ini ada satu kata kunci yang akan menghantarkan kita pada titik temu pemahaman dari pertanyaan yang sedari tadi kita fikirkan.
            “Ummu salamah bertanya: Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli. Beliau menjawab : Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan dari apa yang Nampak dari apa yang tidak terlihat.

            Ummu salamah kembali bertanya : Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari pada bidadari-bidadari? Beliau menjawab : karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di waja mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata “kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memilliki kami dan kami memilikinya.

            Di penghujung pembicaraan Rasulullah berpesan : Wahai ummu salamah , akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat (H.R Ath-Thabrani)

                                                             
Dan Kaupun Semakin Mempesona
          Bagian ini membahas tentang aturan-aturan yang Allah berikan demi menjaga kehormatan para wanita sehingga dengan hal tersebut wanita semakin mempesona. Adalah perintah berhijab yang Allah turunkan “yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karenanya mereka tidak diganggu (QS. Al-Ahzab : 59) . QS. Al-A’raf : 26  juga memuat perintah tentang itu.
          Dalam hal berhijab ini terkadang masih banyak para wanita yang menolak memakainya. Penulis mengatakan “PD aja lagi!. Mengapa? Karena keraguan, bimbang, kecemasan, pesimisme, rasa rendah diri, malu , gelisah yang hadir mengahalangi niat seseorang berhijab adalah cara syaithan menghalangi kita taat kepada Allah. QS. Al-Baqarah: 68.
          Selain itu, dalam berhijab juga ada aturan. Boleh saja kita punya gaya berpakaian, tapi tetap syar’i. Diantaranya adalah menutup seluruh tubuh selain yang dikecualikan, bukan tabarruj, kainnya tebal,  kainnya longgar, tidak sempit, tidak jatuh, tidak diberi wangi haruman, tidak menyerupai laki laki, tidak menyerupai pakaian orang kafir dan bukan termasuk libasusyuhrah atau pakaian ketenaran.
          Jilbab bukan topeng, be your self neng! Kata penulis. Memang benar, Jilbab bukan lakon sandiwara yang mengharuskan kita jadi orang lain saat memakainya artinya jangan pernah khwatir dengan persepsi pengkhususan bahwa orang yang pakai jilbab itu harus lembut, halus tutur katanya dan feminism dalam arti sebenarnya. Adalah hal konyol ketika harus memaksakan diri menjadi orang lain setelah berhijrah (Ini kata penulis lho ya J, dan saya setuju sekali ). Alangkah sunyinya dunia jika semuanya berkarakter seragam. Akan tetap ada akhwat yang jago karate seperti Nusaibah binti ka’ab, akan tetap ada yang berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummi hani , akan tetap ada yang suka bermanja dan ceria seperti Aisyah, akan tetap ada yang bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafshah, dan tetap akan ada yang lembut dan keibuan seperti Khadijah.

Riak Riak Rasa
          Inti dari bagian ini sebenarnya adalah membahas sesuatu yang fitrahnya dimiliki manusia yaitu rasa cinta. Bagaimana kita menjaga diri, menempatkan sesuatu sesuai syari’atnya juga bagaimana mengarahkan riak-riak itu ke muara yang seharusnya.

Di Kelas-Kelas Cinta
          Maka dibagian ini menjawab pertanyaan di bagian sebelumnya. Kemana harusnya rasa kita bermuara? Adalah Allah, cinta pertama yang harus kita ta’ati dan ikuti. Lalu cinta akhirat, cinta abadi yang kekal di sisinya sehingga apapun yang kita lakukan kita niatkan untuk investasi akhirat. Kemudian cinta Rasulullah, Sang Maha Guru Cinta sepanjang masa. Dilanjutkan pada iman, hijrah dan jihad. Selain itu juga kepada Ayah dan bunda, barulah sampai pada cinta semusim (pendamping dan imam yang mengantarkan kita kembali pada keta’atan).

Jika kau cinta, ikuti Dia
          Q.S ali Imran : 31. Cinta kepada Allah dan Rasulnya niscaya akan menghantarkan kita pada ketaatan yang sesungguhnya. Lalu muslimah, dimanakah ia diperkenankan berkiprah? Pada bagian ini, penulis dengan detail menulis bagaimana aturan wanita berperilaku. Di rumah misalnya di hadapan urusan rumah tangga seperti apa, kemudian anjuran untuk belajar dan menjadikan rumah sebagai akademi, dihadapan seorang tamu atau rombongan tamu. Lalu dalam syiar syiar ibadah, di mesjid, di mushalla, ketika I’tikaf, shalat gerhana, shalat jenazah, dalam haji, thawaf, berhaji saat hamil tua, dsb. Juga ditengah masyarakat, ketika sebagai tokoh pusat kunjungan, di walimatul ursy, menyaksikan hiburan masal, menghadiri undangan dsb. Tidak lupa juga di ranah profesi; sebagai dokter, perawat, penggembala, petani sukses, wirausaha. Ataupun pejabat Negara. Di ranah politik, majelis ilmu dsb dicontohkan bagaimana sahabat Rasulullah dan teladan yang Rasulullah lakukan.

Dan Nikahkanlah
          Di bagian buku ini kita tidak akan menemukan kiat-kiat praktis dan sistematis tentang bagaimana memilih jodoh atau meminang (Sebenarnya saya sendiri belum terlalu faham bagian ini, tapi saya coba memaparkan apa yang sudah beliau tulis J). Ayahku yang baik ; tentang bagaimana jika kita sudah siap menikah dan mulai mendiskusikannya dengan keluarga. Ayah Hafshah yang pemberani: Kisah umar mencarikan jodoh untuk puterinya. Sa’id ibn Musayyib: Ayah yang memilih, ada juga saatnya pada diri wanita ketika dia menawarkan diri sebab berselera tinggi, dan keIslaman adalah mahar  untuk wanita nya. Di jalan nikah aku berdakwah, apapun yang terjadi; begitu penulis memberi catatan.

Berkunjung Ke Rumah Rumah Cinta
          Bab ini menyajikan kisah-kisah keagungan perempuan di samping suami, di tengah keluarga dan masyarakatnya. Ada Isteri Nuh dan isteri Luth yang durhaka, tentang permintaan Aisyah yang indah atau kisah Rasulullah yang  pada Aisyah ia dapati rehat penuh cinta, tentang perjuangan Ummu Ismail mendapatkan air zam-zam, tentang Aminah Quthb, tentang Khadijah wanita pendamping Rasulullah mengukir prasasti risalah, tentang Nailah tempat kita belajar ketulusan , kisah Ummu Usamah, Ummu Muhammad dan kisah kisah lain yang mengisnpirasi.

Bagian terakhir: Ibu
          Pada bagian terakhir ini penulis menceritakan bagaimana keisimewaan menjadi seorang ibu dan betapa mulianya mereka.

****************************
          Sebagai penutup penulis mengatakan bahwa “Agar Bidadari Cemburu Padamu” adalah betul-betul bahasa dakwah untuk masyarakat. Yang sudah tak lagi merasa nikmat mengucap kata surga, yang sudah tak lagi tergerun mendengar kata neraka . Seperti kata hijjaz, semua sudah bangga dengan dosa. Maka kata bidadari, semoga menjadi kata yang mengikon dalam kezaliman yang dialami laki-laki maupun perempuan. Buku ini mengajak kita menghayati makna keshalihan dan makna keimanan sebagaimana Allah dan Rasululah tuntunkan. Setelah membaca buku ini semoga bisa membawa nyala semangat bagi gerak telunjuk dan fasihnya lisan agar selalu siap memperjuangkan kebenaran ya teman-teman. Semoga ini juga menjadi awal dari semangat perbaikan diri kita pribadi. Aamiin
Bismillah. “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rab semesta Alam. Tiada sekutu baginya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menjadi muslim (QS. Al-An’am:162-163)

Semoga bermanfaat..

Lusi Murdianti
@lsmdnt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar