Agar Bidadari Cemburu Padamu,
“Setangkai
cinderahati untuk wanita shalihah pendamba surga, pembuat iri bidadari dan para
lelaki yang ingin menikahi”
(Ustadz
Salim. A Fillah)
*********
Seminggu
sebenarnya waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan buku yang dari judulnya saja sudah banyak yang suka. Harusnya saya bisa
melahapnya dalam dua hari, tapi apa boleh buat ada aktivitas lain yang juga
menuntut untuk diselesaikan. Oke, balik lagi pada buku “Agar bidadari cemburu
padamu”, Pilihan kalimat pada judulnya menurut saya sangat menarik. Barangkali ini yang menyebabkan buku ini berulangkali dicetak ulang (Barakallah ustadz). Tanda tanya pasti muncul di benak kita “Apa iya bidadari bisa cemburu kepada
wanita dunia? Hmm.. nanti akan terjawab.
Nah,
di bagian belakang cover buku. Sang penulis yaitu Ustadz Salim A.Fillah, salah
satu penulis favorit saya; menyampaikan bahwa:
“Buku ini hadir untuk wanita
yang ingin menghadirkan atmosfer surga dalam setiap hirup nafasnya. Yang muda
maupun yang telah kaya pengalaman hidup. Yang sudah mendampingi dan didampingi,
juga yang sedang menanti. Lalu para lelaki, seharusnya mereka juga tahu
bagaimana memperlakukan wanita dengan keadilan syariat Allah. Menjaga tanpa
mengekang, menghormati kebebasan namun tetap melindungi, serta memberikan rasa
nyaman sekaligus rasa aman. Ia menjadikannya rusuk kiri, dekat ke tangan untuk
dilindungi, dekat ke hati untuk dicintai.”
Buku
dengan 254 halaman ini terdiri dari beberapa bagian. Ada sepuluh bab kurang
lebih yang berisi penjelasan yang penulis paparkan dan ceritakan. Sebelum
memasuki bab demi bab, di halaman awal penulis melampirkan arti dari beberapa
kosakata yang akan kita temukan di halaman-halaman selanjutnya di buku ini yang
mungkin masih belum terbiasa didengar orang-orang pada umumnya seperti afwan,
akhwat, ikhwan, antum, tarbiyah, ta’aruf, dsb.. ini sangat membantu.
Bab
demi bab akan membuat kita hanyut dalam arus perenungan.
***************************
Menyelam Dan Berenang Di Laut Kasih
Sayang
Mengapa
tak banyak yang pandai bersyukur? Begitu penulis membuka tulisan. Pertanyaan
itu barangkali akan membuat kita tersentak. Begitulah manusia, terkadang lupa dengan
nikmat yang dianugerahkan Pencipta, hanya penyelam nikmat yang matanya terbuka,
hatinya bercahaya dan akalnya sehat mencerna yang bisa memaknai betapa tidak
ada penciptaan yang sia-sia, betapa Allah sayang kepada makhluk-Nya.
Begitupun
para wanita, penulis memaparkan kondisi pada masa jahiliyah dimana kekacauan
logika berakibat fatal pada eksistensi wanita. Wanita dipandang sebelah mata
,direndahkan, bahkan tidak diterima. Lalu Islam hadir menyelamatkan dan
memuliakannya, terhapuslah kezaliman atas hak hidup perempuan. Ketika risalah
hadir, ia menjaga hak hidup wanita sehingga terus bertambah jumlahnya, Allah
sempurnakan perlindungan-Nya lalu Allah tutup pintu-pintu kerusakan untuknya
dengan aturan-aturan.
Pada
intinya, kita harus menyadari bahwa pembebasan yang dilakukan Islam untuk para
wanita adalah salah satu bentuk nikmat terbesar yang wajib kita syukuri. Sekali
lagi kita katakan “Betapa Allah sayang kepada kita”.
Sayang Padaku, Sayang Semuanya
Di
bagian ini, penulis mengajak kita untuk datang kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan husnudzan. Segala aturan yang
disyariatkan adalah bentuk kasih sayang terbesar untuk hamba-hambaNya. Bagian
ini membahas kedudukan wanita dalam Islam terkait beberapa hal. Kepemimpinan
misalnya; dalam QS. An-Nisa: 34 disebutkan bahwa laki-laki adalah Qawwam (pemimpin) bagi kaum perempuan.
Dalam Fatawi Mu’ashirah-nya Al-Qardlawi
menuliskan bahwa ini berkaitan dengan kehidupan berkeluarga yang
didahului dengan penegasan kesetaraan hak dan kewajiban.
Atau
ada hadist yang menyebutkan bahwa “Tidak akan beruntung suatu kaum yang
menguasakan urusan mereka kepada kaum perempuan”. Rupanya yang
dimaksud hadist ini menurut Syaikh Yusuf Qardlawi adalah kekuasaan umum seluruh
umat (memimpin daulah). Adapun urusan tertentu yang khusus tidak ada larangan
wanita untuk menguasainya seperti bidang pendidikan, administrasi dan lain
lain. Untuk itu, wanita tidak perlu merasa diperlakukan tidak adil sebab di
awal Surah
An-Nisa (An-Nisa: 1) menegaskan bahwa hakikat penciptaan manusia
adalah satu dan yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
Selain
itu ada juga terkait soal waris. Dengan aturan laki-laki mendapat dua bagian
dan perempuan satu bagian. Hikmahnya adalah
kita patut sadari bahwasanya tanggung jawab yang harus dipenuhi para lelaki juga lebih besar. Terkait akal
dan agama, Rasulullah menyebutkan bahwa wanita adalah makhluk yang kurang
akalnya. Juga dalam hal persaksian dimana jika tidak ada satu saksi laki-laki
maka boleh digantikan dengan dua saksi wanita. Apakah berarti wanita tidak
lebih mulia daripada laki-laki? Ternyata, yang dimaksud dengan kekurangan
adalah kekurangan dalam hal kuantitas agama, bukan dalam hal kualitas. Hal ini
juga disebabkan oleh karunia Allah seperti haidh sehingga para wanita punya
masa libur beberapa waktu dalam hal ibadah wajibnya. Penulis menyebut inilah
kesetaraan terindah. Ketika hak-hak individu laki-laki maupun wanita tak saling
melampui. Coba kita renungkan QS. Al-Ahzab : 35.
Pada
akhirnya kita menjadi ridha pada pembagian ini. dari labuhan ikhlas, kita
berangkat mengarungi laut kelapangan dada.
“Dan
jangan lah kalian merasa iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian diantara kalian atas sebagian yang lain (Qs. An-Nisa : 32)
Bidadari Dan Kita, Mahakarya!
QS.At-Tiin
: 4-6 disematkan sebagai
pembuka. Kita adalah mahakarya yang diciptakan Allah dengan perhatian Istimewa.
Lalu bidadari, terdapat dalam QS. Ali Imran : 15 . “dan Isteri-Isteri yang suci”. Yang
selalu suci, yang tak pernah beringus, berdahak, haidh dan tanpa hadats. Yang
sebaya dan selalu muda. Itulah bidadari. Tak hanya fisiknya yang mempesona
namun juga akhlaknya. Dalam QS. Arrahman : 56 disebutkan “di dalam surga itu terdapat
bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. Tidak pernah disentuh
manusia sebelum mereka, tidak pula jin”. Kesucian bidadari adalah kesucian yang
menyejukkan mata, membuat hati selalu ridha, rasa selalu fresh dan tentram.
Dengan segala kelebihannya, apa iya bidadari bisa cemburu kepada kita? Dan bagaimana kita bisa membidadarikan diri?
Dan ini jawabannya J:
QS.
Ad-dukhan : 51-54
menjadi pembuka sebuah dialog panjang antara Ummu Salamah dengan Rasulullah
SAW. Dalam hadist yang sangat panjang ini ada satu kata kunci yang akan
menghantarkan kita pada titik temu pemahaman dari pertanyaan yang sedari tadi
kita fikirkan.
“Ummu
salamah bertanya: Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah
bidadari yang bermata jeli. Beliau menjawab : Wanita-wanita dunia lebih utama
daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan dari apa yang Nampak dari apa yang
tidak terlihat.
Ummu salamah kembali bertanya : Mengapa
wanita-wanita dunia lebih utama dari pada bidadari-bidadari? Beliau menjawab :
karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan
cahaya di waja mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih,
pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara dan
sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata “kami hidup abadi dan tidak mati.
Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan
tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut sungut sama
sekali. Berbahagialah orang yang memilliki kami dan kami memilikinya.
Di penghujung pembicaraan Rasulullah
berpesan : Wahai ummu salamah , akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua
kebaikan, dunia dan akhirat (H.R Ath-Thabrani)
Dan Kaupun Semakin Mempesona
Bagian
ini membahas tentang aturan-aturan yang Allah berikan demi menjaga kehormatan
para wanita sehingga dengan hal tersebut wanita semakin mempesona. Adalah
perintah berhijab yang Allah turunkan “yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karenanya mereka tidak diganggu (QS. Al-Ahzab : 59) . QS.
Al-A’raf : 26 juga memuat
perintah tentang itu.
Dalam
hal berhijab ini terkadang masih banyak para wanita yang menolak memakainya.
Penulis mengatakan “PD aja lagi!. Mengapa? Karena keraguan, bimbang, kecemasan,
pesimisme, rasa rendah diri, malu , gelisah yang hadir mengahalangi niat
seseorang berhijab adalah cara syaithan menghalangi kita taat kepada Allah. QS.
Al-Baqarah: 68.
Selain
itu, dalam berhijab juga ada aturan. Boleh saja kita punya gaya berpakaian,
tapi tetap syar’i. Diantaranya adalah menutup seluruh tubuh selain yang
dikecualikan, bukan tabarruj, kainnya tebal,
kainnya longgar, tidak sempit, tidak jatuh, tidak diberi wangi haruman,
tidak menyerupai laki laki, tidak menyerupai pakaian orang kafir dan bukan
termasuk libasusyuhrah atau pakaian ketenaran.
Jilbab
bukan topeng, be your self neng! Kata
penulis. Memang benar, Jilbab bukan lakon sandiwara yang mengharuskan kita jadi
orang lain saat memakainya artinya jangan pernah khwatir dengan persepsi
pengkhususan bahwa orang yang pakai jilbab itu harus lembut, halus tutur
katanya dan feminism dalam arti sebenarnya. Adalah hal konyol ketika harus
memaksakan diri menjadi orang lain setelah berhijrah (Ini kata penulis lho ya J,
dan saya setuju sekali
). Alangkah sunyinya dunia jika semuanya berkarakter seragam. Akan tetap ada
akhwat yang jago karate seperti Nusaibah binti ka’ab, akan tetap ada yang
berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummi hani , akan tetap ada yang suka
bermanja dan ceria seperti Aisyah, akan tetap ada yang bisa membentak dan
tertawa terbahak seperti Hafshah, dan tetap akan ada yang lembut dan keibuan
seperti Khadijah.
Riak Riak Rasa
Inti
dari bagian ini sebenarnya adalah membahas sesuatu yang fitrahnya dimiliki
manusia yaitu rasa cinta. Bagaimana kita menjaga diri, menempatkan sesuatu sesuai
syari’atnya juga bagaimana mengarahkan riak-riak itu ke muara yang seharusnya.
Di Kelas-Kelas Cinta
Maka
dibagian ini menjawab pertanyaan di bagian sebelumnya. Kemana harusnya rasa
kita bermuara? Adalah Allah, cinta pertama yang harus kita ta’ati dan ikuti.
Lalu cinta akhirat, cinta abadi yang kekal di sisinya sehingga apapun yang kita
lakukan kita niatkan untuk investasi akhirat. Kemudian cinta Rasulullah, Sang
Maha Guru Cinta sepanjang masa. Dilanjutkan pada iman, hijrah dan jihad. Selain
itu juga kepada Ayah dan bunda, barulah sampai pada cinta semusim (pendamping
dan imam yang mengantarkan kita kembali pada keta’atan).
Jika kau cinta, ikuti Dia
Q.S
ali Imran : 31. Cinta kepada Allah dan Rasulnya niscaya akan
menghantarkan kita pada ketaatan yang sesungguhnya. Lalu muslimah, dimanakah ia
diperkenankan berkiprah? Pada bagian ini, penulis dengan detail menulis
bagaimana aturan wanita berperilaku. Di rumah misalnya di hadapan urusan rumah
tangga seperti apa, kemudian anjuran untuk belajar dan menjadikan rumah sebagai
akademi, dihadapan seorang tamu atau rombongan tamu. Lalu dalam syiar syiar
ibadah, di mesjid, di mushalla, ketika I’tikaf, shalat gerhana, shalat jenazah,
dalam haji, thawaf, berhaji saat hamil tua, dsb. Juga ditengah masyarakat,
ketika sebagai tokoh pusat kunjungan, di walimatul ursy, menyaksikan hiburan
masal, menghadiri undangan dsb. Tidak lupa juga di ranah profesi; sebagai
dokter, perawat, penggembala, petani sukses, wirausaha. Ataupun pejabat Negara.
Di ranah politik, majelis ilmu dsb dicontohkan bagaimana sahabat Rasulullah dan
teladan yang Rasulullah lakukan.
Dan Nikahkanlah
Di
bagian buku ini kita tidak akan menemukan kiat-kiat praktis dan sistematis
tentang bagaimana memilih jodoh atau meminang (Sebenarnya saya sendiri belum terlalu faham bagian ini, tapi saya coba
memaparkan apa yang sudah beliau tulis J). Ayahku
yang baik ; tentang bagaimana jika kita sudah siap menikah dan mulai
mendiskusikannya dengan keluarga. Ayah
Hafshah yang pemberani: Kisah umar mencarikan jodoh untuk puterinya. Sa’id
ibn Musayyib: Ayah yang memilih, ada juga saatnya pada diri wanita ketika dia
menawarkan diri sebab berselera tinggi, dan keIslaman adalah mahar untuk wanita nya. Di jalan nikah aku
berdakwah, apapun yang terjadi; begitu penulis memberi catatan.
Berkunjung Ke Rumah Rumah Cinta
Bab
ini menyajikan kisah-kisah keagungan perempuan di samping suami, di tengah
keluarga dan masyarakatnya. Ada Isteri Nuh dan isteri Luth yang durhaka,
tentang permintaan Aisyah yang indah atau kisah Rasulullah yang pada Aisyah ia dapati rehat penuh cinta, tentang
perjuangan Ummu Ismail mendapatkan air zam-zam, tentang Aminah Quthb, tentang
Khadijah wanita pendamping Rasulullah mengukir prasasti risalah, tentang Nailah
tempat kita belajar ketulusan , kisah Ummu Usamah, Ummu Muhammad dan kisah
kisah lain yang mengisnpirasi.
Bagian terakhir: Ibu
Pada
bagian terakhir ini penulis menceritakan bagaimana keisimewaan menjadi seorang
ibu dan betapa mulianya mereka.
****************************
Sebagai
penutup penulis mengatakan bahwa “Agar Bidadari Cemburu Padamu”
adalah betul-betul bahasa dakwah untuk masyarakat. Yang sudah tak lagi merasa
nikmat mengucap kata surga, yang sudah tak lagi tergerun mendengar kata neraka
. Seperti kata hijjaz, semua sudah bangga dengan dosa. Maka kata bidadari,
semoga menjadi kata yang mengikon dalam kezaliman yang dialami laki-laki maupun perempuan. Buku
ini mengajak kita menghayati makna keshalihan dan makna keimanan sebagaimana
Allah dan Rasululah tuntunkan. Setelah membaca buku ini semoga bisa membawa nyala
semangat bagi gerak telunjuk dan fasihnya lisan agar selalu siap memperjuangkan kebenaran ya teman-teman.
Semoga ini juga menjadi awal dari semangat perbaikan diri kita pribadi. Aamiin
Bismillah. “Katakanlah sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rab semesta Alam.
Tiada sekutu baginya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menjadi muslim (QS. Al-An’am:162-163)
Semoga bermanfaat..
Lusi Murdianti
@lsmdnt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar