adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

21 Sep 2018

R.E.I.N.A (3) "Dari Reina untuk Aksara"


Aksara.

Sebelumnya ku ucapkan terima kasih padamu sebab sudah menuliskan kisahku dan memahamiku dengan sangat baik sampai saat ini.
Atas apapun yang terjadi padaku beberapa waktu ini, aku masih sangat bersyukur bahwa Allah tetap membimbingku kembali, mengeluarkan aku dari kebimbangan yang  sempat kualami.  Mungkin salah satunya lewat nasihat dan bisikan lembut yang kau sampaikan saat itu ra. 
Aku akhirnya berdamai dengan keadaan. Aku membujuk dan meyakinkan hatiku agar tak lagi memusingkan sesuatu yang berkaitan dengan perasaan. 
Cukup sudah.. 
Aku ingin berhenti dan memulai sesuatu yang baru mulai saat ini.

Ra, setelah pembicaraan panjang kita sore itu.  Pulangnya aku bertanya pada diriku sendiri.  Berkali kali.  
Apa yang harus kulakukan?  
Aku memang sudah menghindar, tapi fikiranku masih belum sejalan dengan yang ku lakukan.  
Aku berfikir ra..
Terus menerus.
Hingga akhirnya aku mencoba melakukan sesuatu yang ku ingat pernah kau katakan padaku.

"Rein, jika kau tak menemukan jawaban di tengah kebimbangan, cobalah untuk menatap dan berbicara pada jiwamu ditengah kesendirian".

Aku melakukannya ra.  Ku tatap diriku di depan kaca sambil berbicara.  Aku bertanya "Reina, manfaat apa yang akan kau dapatkan dengan memendam rasa?".  Berulangkali kutanyakan itu. dan benar, aku tak menemukan jawaban apa apa.  Memang tidak ada yang akan kudapatkan dari itu semua.  

Mungkin kemarin aku terlalu gegabah dan berlebihan sampai terbawa perasaan.  Mungkin. Tapi sudah cukup ra,  aku ingin berhenti. 
Aku menyadari bahwa aku  harus selesai dengan diriku terlebih dahulu sebelum aku bisa berbuat untuk orang banyak.. Bagaimana aku bisa fight dalam hidup jika masalah sekecil ini pun tak bisa kuhadapi?
Pada akhirnyaa aku menemukan jawaban.  adalah dengan melupakan. 

Aksara
Beberapa kalimat yang kau ucapkan terus terngiang dalam ingatan.  Salah satu kisah yang pernah kau ceritakan padaku adalah tentang  dua manusia yang tinggal menunggu waktu seminggu lagi untuk sah menjadi sepasang kekasih,  pun ternyata bisa terperosok ke jurang kemaksiatan.  Kisah mengharukan yang kau dapat dari buku bacaan karya Ust. Salim A Fillah.  
Yah, alur hidup mereka benar-benar mengandung banyak pelajaran ra. 

Ku bandingkan dengan keadaanku sekarang. Ternyata ceritaku masih tidak seberapa. Aku yang saat ini bukan siapa-siapa dan belum ada rencana apa apa..
Mengapa harus sebegitu merasa kecewa?
Aku tersenyum, menertawakan kekeliruanku.   . 


Ya Allah. Mungkin aku salah besar.
kali ini aku menyadarinya.  Aku tidak ingin lagi menebak dan berharap tentang takdir masa depanku seperti apa atau bersama siapa.  Aku sudah berjanji ra, aku akan fokus menata hidup dengan jalan yang lebih baik lagi, lebih berwarna sembari terus mendekatkan diri Pada-Nya dengan ikhtiar melakukan kebaikan.. Aku akan belajar.  Doakan aku ra.

Begitu juga dengan Bintang.  Setelah ini aku berusaha tuk tidak mengingatnya dan akan bersikap biasa padanya. Tentang keputusan memilih untuk tak berteman dengannya di sosial media, itu tetap menjadi opsi terbaik yang saat ini ku punya. 
Aku tidak membencinya. Tidak pernah sama sekali. Sebab ini juga bukan salahnya. Ku anggap kehadirannya sebagai pelajaran.  Ibarat ujian yang Allah hadirkan untuk menguatkan.  Semoga ini terakhir kalinya kita membicarakan namanya.  Bintang akan tetap menjadi teman kerjaku di organisasi, sahabat yang kuhormati sebagaimana aku memperlakukan sahabatku yang lain. Begitulah jalan kami nanti. Bagiku, setiap orang berhak bahagia, namun harus dengan cara yang baik pula.  Aku dengan jalanku.  Bintang dengan jalannya.

Aksara.  Mungkin teman-temanmu mulai mencoba menebak siapa aku dan siapa kamu.  Aksara dan Reina.  Katakan pada mereka, kita hanyalah dua manusia lugu yang saling berbagi nasihat dan cerita.
Atau jika mereka melontarkan tanya, apakah kisah ini nyata.  Biarkan saja ra..  Yang paling penting adalah pelajaran apa yang dapat diambil dari perjalanan singkat kali ini. Aku hanya ingin mengingatkan bahwa kita ( aku dan kamu) hanyalah makhluk ciptaan-Nya yang harus selalu mendekat  pada-Nya baik di kondisi lapang maupun saat tak berdaya. .

Terima kasih Ra. Aku ikhlas dengan segala ketetapan-Nya.

Aksara dan Reina.
#KisahtentangAksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar