adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

25 Feb 2018

Salon Kepribadian “Jangan Jadi Muslimah Nyebelin” (Review Buku)


Setelah sebelumnya menuliskan review buku karya Buya Hamka yang saya  baca, lalu berkesempatan juga untuk membedahnya meskipun itu  jauh dari kata sempurna atau "mungkin"  belum secara keseluruhan point yang disampaikan penulis turut  saya sampaikan pula saat acara bedah bukunya dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan saya (.  Namun apapun itu, saya selalu berikhtiar ingin membagi yang saya baca kepada teman teman sekalian. Barangkali saat bedah buku yang saya lakukan kemarin, banyak yang  belum berkesempatan mendengarnya. Oleh karena itu, saya menuliskannya dalam bentuk review singkat ini.
Kali ini izinkan saya  kembali berbagi tentang buku yang saya bedah untuk kali kedua (mewakili IRC di Radio Mujahdin pada 17 Februari lalu). Buku yang berjudul “Salon Kepribadian, Jangan Jadi Muslimah Nyebelin” karya Mbak Asma Nadia ini merupakan salah satu buku favorit saya karena tampilannya yang  menarik serta bahasanya yang ringan dan mudah dipahami, namun sangat menyentuh sebab berhubungan langsung dengan kehidupan sehari hari.

Judul Buku :“Salon Kepribadian, Jangan Jadi Muslimah Nyebelin.
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : AsmaNadia Publishing House
Jumlah halaman : 305 halaman

Dari judulnya saja mungkin sebagian orang sudah terpikat bahkan sebelum lebih jauh membuka isinya. Saya adalah salah satu yang terpikat olehnya.  Ternyata buku ini merupakan salah satu buku nonfiksi terlaris di tanah air (best seller). Menjadi buku bacaan muslimah dan sebagai buku muhasabah setiap hari.

Pepatah : “Semut di seberang lautan tampak, gajah di depan mata tidak tampak”, sebenarnya merupakan ledekan yang luar biasa benar. Karakter manusia memang jauh lebih mampu menangkap, melihat dan memerhatikan apa yang ada diluar ketimbang ayang ada pada dirinya sendiri. (Asma nadia)

Bukannya muslimah apalagi jika sudah berkerudung, identik dengan pribadi yang anggun yang menebar kesejukan pada sekitar?. Meskipun seharusnya hanya menjadi sumber kebaikan, coba lihat kiri kanan, atau tatap bayangan di cermin. Jangan jangan muslimah nyebelin yang butuh di rehab itu kita sendiri . (Asma nadia) :’(

Jadi sebenarnya buku ini memang hadir untuk membantu kita agar lebih serius membenahi diri. Karna Mbak Asma Nadia dalam bukunya ini juga menampilkan berbagai komentar yang disampaikan masyarakat umum hingga aktivis dakwah dengan sejujurnya terkait pendapat mereka ketika berinteraksi dengan beberapa muslimah yang ditemuinya.
Ada 5 bab yang berisi point penting permasalahan (dari berat sampai ringan) yang disampaikan Mbak Asma Nadia melalui bukunya ini. Ditambah 3 bab yang berisi nasehat dan saran saran beliau kepada para muslimah.

*********

Pada pengantarnya, penulis menyampaikan bahwa jika ada pertanyaan “Memangnya ada muslimah nyebelin”? Yups, ternyata ada. Meskipun harapannya adalah muslimah menjadi sosok yang menyejukkan, membawa kedamaian, bukan malah membuat tidak nyaman orang lain. Namun, kita tidak bisa memungkiri bahwa bagaimanapun muslimah juga manusia dan manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Lalu mengapa kemudian yang disoroti adalah muslimah? Bukan orang umum? Karena, muslimah dengan kerudung dan aktivitas keislamannya punya sosok manis dan kewibawaan yang harus dilindungi sebab orang akan menilai Islam dari pengikutnya (salah satunya adalah para muslimah)..


******************
Adapun 5 bab yang menjadi bagian penting point yang dipaparkan penulis ☺️

Pertama : Yang Remeh yang mengganggu!
Pada bagian ini Mbak Asma menuturkan tentang hal yang barangkali kita anggap sebagai sesuatu yang remeh, tapi rupanya mengganggu  atau membuat tidak nyaman orang lain.  Apa saja  itu?  Yang pertama adalah bau keringat (perhatikan jika selama ini orang orang tidak betah berada dekat dengan kita, barangkali karna kita punya masalah ini. jikapun iya, harusnya ini segera diatasi (), selanjutnya adalah bau mulut, rambut, bau tangan, dan bau-bauan lain seperti angin dan kaus kaki.
     Hal-hal yang mungkin dianggap sepele ini hendaknya sebisa mungkin kita atasi 😄

Kedua : Nggak Indah di mata, duh jangan deh!
Nah, bagian ini lebih menyoroti terkait penampilan muslimah. Banyak muslimah yang tidak peduli sama penampilan. Menganggap yang penting “hati”nya. Pendapat seperti ini sebetulnya tidak salah, tapi jadi tidak tepat karena kita ditakdirkan hidup bersama orang lain sehingga setiap hari ada mata yang melihat lalu mungkin menilai dengan kacamata masing-masing. Kalau kita terlalu cuek soal penampilan, bukan cuma muslimahnya yang dapat cap jelek, tapi juga Islam. Dan yang disalahin bukan kita, tapi jilbabnya.  Tanggung jawab kita adalah membuat mata mereka terbuka bahwa islam (agama dan pengikutnta) adalah jalan kebaikan.
Beberapa hal  hal yang ternyata dianggap kurang indah dan bisa merusak pemandangan orang lain diantaranya :
🗣️ Sekitar wajah seperti wajah yang kurang dibersihkan, sisa makanan yang terselip di sekitar gigi, bibir pecah-pecah, bulu hidung dan juga tampang bete yang terkadang kita tampilkan.
🗣️ Serba serbi penampilan: mulai dari warna busana yang dikenakan kurang sesuai, corak busana , benang benang berkeliaran, ataupun baju yang sebenarnya sudah tidak sesuai kita gunakan lagi.

Ketiga: Muslimah nyelekit ..
Sesudah penampilan yang bersih dan rapi, rupanya ada hal yang juga sangat penting kita perhatikan yaitu lisan kita. Barangkali banyak hati yang patah dan terluka hanya gara gara komentar kita yang asal meluncur tanpa difikirkan :’( :’( :’(
Hal yang barangkali tidak sepenuhnya kita sadari seperti merusak kegembiraan teman dengan celetukan kita yang asal, mencela/ menghina, gosip, kalau bicara tidak mau kalah  dan selalu meninggi, bicara tidak melihat sikon, banyak bertanya, celetuk yang bikin malu (misalnya bilang teman gendutan di depan umum), bercanda pada kelemahan/ kekurangan orang lain, komentar yang menuduh, senang membanding-bandingkan, serta terkadang SKSD dengan yang baru dikenal.

Keempat : Your Attitude gals!
Penulis kembali mengingatkan bahwa sikap dan akhlak merupakan aktualisasi utuh fikiran serta hati kita. Semuanya tercermin disini. Rupanya diantara poin poin yang membuat orang lain sebel, porsi sikap ini adalah porsi yang paling tinggi tingkatannya.  Beberapa bagian penting yang dituliskan mbak Asma diantaranya:
Jangan Asal Jaiz (Jaga Izzah)
Disini penulis memulai dengan memaparkan sebagian pengalamannya saat masa kuliah. Beliau selalu diingatkan untuk jaga Izzah (kewibawaan). Kita sepakat bahwa para muslimah memang mesti menjaga Izzahnya mulai dari betutur, bersikap, dll terutama terhadap lawan jenis. Tapi kalau terhadap sesama muslimah, mengapa harus menampilkan wajah yang berbeda? Lebih alim, kelihatan lebih berilmu, mungkin tidak sepenuhnya salah. Tapi haruskah lebih dingin, eksklusif dan tidak hangat, hingga menimbulkan jarak antara yang berkerudung dengan yang tidak, antara “akhwat senior dan akhwat junior?”.
Ada beberapa muslimah yang menyengajakan diri jaiz, namun karena lebih salah persepsi, jadi bukan bermaksud minta disegani atau apa. Tapi mengira bahwa seharusnya begitulah muslimah:  anggun pendiam dan cool. Tidak ada yang salah dengan being cool, tapi bukan berarti harus mengubah kepribadian apalagi kalau kepribadian itu tidak bertentangan dengan Islam misalnya muslimah yang ramah dan ceria :D..
Siapa bilang muslimah harus pendiam, yang penting muslimah itu harus sholihah sementara sholihah punya banyak cara.  Siapa tahu dengan sikap riang, ekspresif, ketulusan dan empati serta kehangatan yang kita tampilkan lewat canda malah membuat kita lebih dekat dengan sekitar yang notebane merupakan objek dakwah.
Selain jaga Izzah sikap lain yang juga haris kita perhatikan ialah seperti jangan  suka ikut campur, jangan lelet, jangan jorki, jangan Pe ka es  alias tidak peka situasi, jangan eksklusif (antisosial, berteman hanya dengan orang tertentu atau satu organisasi), jangan suka mengeluh, jangan mengatakan dengan mudah “Aku tidak bisa (diicoba aja dulu), jangan kuper (suka ketinggalan informasi), jangan jadi muslimah tukang dandan, bigboss, penggoda, mental gratisan , pemaksa kehendak, , kaku, miss judge (suka menjustifikasi semau hati) dan juga menyebalkan.

   Semoga kita segera berbenah lebih baik yaa. Aamiin 😂

Kelima : Moment Ibadah Yang Jadi Meresahkan..
Mungkin kita tidak percaya atau tidak menyadari bahwa beberapa moment yang kita lakukan untuk ibadah ternyata bisa membuat ketidaknyamanan bagi orang lain.  Mulai dari moment wudhu seperti : saling dorong mendorong (apalagi kalau antrian panjang dan waku mepet), menghalangi orang lain berwudhu  (misalnya dengan menggantung kaus kaki di salah satu keran sehingga orang lain tidak bisa menggunakannya untukk wudhu), berlama lama wudhu, alas kaki (sepatu/sandal) disambar orang.
Ataupun moment shalat seperti : shaff yang renggang dikarenakan tidak ada yang mau mengisinya (padahal saat shalat shaff haruslah rapat (), gara gara sajadah jumbo (biasanya ibu ibu yang bawa sajadah pribadi ke masjid, masing masing ingin sujud diatas sajadahnya sehingga shaff yang mestinya muat 10 orang hanya muat 5 orang), tek-tekan shaff (booking tempat untuk orang lain yang beum datang), tunjuk tunjukan imam (kadang lebih lama tunjuk tunjukannya daripada shalatnya), barang barang pribadi kita yang terkadang sembarangan diletakkan seperti tas, kacamata, dll,.
Harus kita perhatikan juga tentang  kepedulian dengan fasilitas umum (mukena milik umum yang sering kita gunakan), mengamankan ponsel saat shalat, tidur tiduran di musholla (apalagi jika mushollanya kecil, usahakan agar tidak mengganggu orang yang akan beribadah) , posisi kita, atau kadang waktu berdoa  dan dzikir kita yang berlama-lama sedangkan banyak yang mengantri untuk menggunakan mukena, juga kita yang biasa mengobrol saat pengajian/ceramah. Banyak sekali hal yang disoroti oleh penulis yang terkadang alpa dan sering kita lakukan.
Saran dan nasihat bernas juga disampaikan penulis di bagian akhir tulisan beliau. Seperti hendaknya kita selalu bersih saat ibadah,  dan ketika menyampaikan tausiyah hendaknya: mengikhlaskan niat, memperhatikan karakter yang dinasehati, menggunakan cara  yang tepat, timing yang pas , skala prioritas, jangan jadi tukang ngatur, menjaga suara, dll.

********
Akhirnya, closing statement yang dapat saya berikan tentang buku ini adalah buku karya Mbak Asma Nadia ini sangat bagus sekali untuk mengingatkan kita kembali bahwasanya mungkin banyak sesuatu yang kita anggap biasa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang  hal tersebut rupanya membuahkan ketidaknyamanan pada orang lain. Mudah mudahan koreksi dan juga saran yang dituliskan mbak Asma Nadia melalui bukunya ini bisa bermanfaat dan menjadi perbaikan diri untuk kita para muslimah ke depannya agar kita terus menjadi sumber kebaikan dan agen dakwah yang disenangi mad’unya dimanapun kita berada.
Aamin Ya Rabbal aalamiin

💕Murdianti Lusi💕

Tidak ada komentar:

Posting Komentar