adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

26 Mar 2019

Kisah miliknya..

Maret 26, 2019 0 Comments

"Dua pasang mata berkaca kaca. 
Satu milikku, 
dan satu lagi  milik dia yang tengah bercerita."


      Sesekali kami terdiam. Sembari menatapnya lekat, aku kembali menfokuskan perhatian untuk menyimak tiap kalimat yang dia ucapkan. Mendengarkan, juga ikut merasakan kesedihan yang kemarin dihadapinya.

        Kisahnya sangat menyentuh. Pengalaman sembilan bulan pulang dan berjuang di kampung halaman. Lombok timur, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

        Hari ini adalah kali pertama kami berjumpa setelah genap sebulan kedatangan dia kembali ke kota ini. Hampir sepuluh bulan setelah kepergian mendadaknya sebab urusan penting yang tentu saja tak bisa dia tunda. Pulang demi orang tua. Menunaikan bakti sebagai anak pada sosok yang berjasa penuh dalam setiap hela nafasnya. Kemudian kepulangan itu juga menjadi jalan perjuangan luar biasa saat menghadapi sesuatu yang sama sekali tidak disangka. Gempa. Berkali kali. Ya, manusia yang sedang di hadapanku saat ini adalah salah saksi mata bagaimana gempa meluluhlantakkan sebagian wilayah bumi Nusa Tenggara.
        "Ketika menginjakkan kaki di Bandara waktu itu kakak sudah mengikhlaskan jika memang tak ditakdirkan untuk kembali lagi ke kota ini". Ujarnya membuka cerita.

          Kepulangannya saat itu adalah karna mendengar kabar bahwa Ayahnya tengah sakit. Beberapa kali bolak balik rumah sakit; dia yang berada di sini tidak pernah diberitahu tentang hal tersebut, mungkin untuk menjaga perasaannya agar tidak terlalu cemas sebab berjauhan jarak dengan orang tua.

      "Waktu pertama kali tahu malam itu kakak langsung putuskan untuk pulang dek. Sambungnya.

      Kesedihan pertama adalah saat melihat langsung orang yang sangat dicintainya terbaring lemah tak bisa berbuat apa-apa. dan selama rentang itu pula dia dan keluarga sering bolak balik rumah sakit untuk merawat Ayahnya.

"Kakak di mana saat kejadian gempa yang pertama?" Tanyaku memberanikan diri membuka suara.

     "Kakak di rumah sakit. Semua orang saat itu panik dan kami juga keluar dalam keadaan panik dan takut. Kakak, Ayah, Ibuk, dan Adek kakak yang kecil saling menyelamatkan. Semua berkumpul di luar karna khawatir tertimpa material bangunan di dalam". Ujarnya.


"Dan setelah yang pertama, ada lagi gempa susulan kedua yang lebih kuat dan beberapa gempa susulan lain". Sambungnya.



          Aku menghela nafas mendengar lanjutan ceritanya.  Banyak sekali yang dihadapinya di sana. Mulai dari  cobaan hp yang hilang entah kemana sehingga akses komunikasi terutama di whatsapp harus terputus dengan teman-teman di sini, sampai kegiatan hari hari beliau di medan pengungsian. Mengajar ngaji, mengkoordinir anak-anak remaja putri untuk membagikan nasi di tenda-tenda pengungsi, membantu Ibu, merawat Bapak, mengaktifkan diri kembali di kegiatan-kegiatan dan pengajian, lalu banyak hal lain lagi yang dia kerjakan.


 “Entah kenapa kakak serasa di lempar jauh dek". Ujarnya menyambung cerita.
 
"Kayak Allah tu benar-benar mau membuka mata kakak dan ngasi kakak pelajaran. Menghadapi kondisi yang jauh berbeda dari kehidupan disini dan saat pulang ke sana. Membuat kka sadar apa yang harus kka perjuangkan. Di tengah keadaan serba sulit apa yang harus kakak lakukan. Kakak benar benar belajar banyak hal."

           Dia dan orang-orang di sana mendapat banyak pelajaran dan tentu saja perubahan.

"Alhamdulillah dek, masjid masjid yang masih berdiri jadi penuh dipenuhi orang-orang yang shalat berjamaah, di tenda pengungsian sebelum tidur kami baca Yasin sama-sama. Itu menyenangkan , Alhamdulillah"..


       “Apa yang menyebabkan kakak kembali ke sini” tanyaku di penghujung pembicaraan kami. 

      “Kakak ingin menyelesaikan sesuatu yang sudah Kakak mulai”. Jawabnya dengan suara yang rasanya terdengar sedikit bergetar.

      "Walaupun orang tua mengatakan tidak apa-apa yang penting udah dapat ilmunya.

Tapi Kakak tau, di balik itu semua mereka pasti menginginkan kakak selesai, Kakak tidak ingin membuat mereka kecewa."

    “Dan perjuangan untuk kembali ke sini juga tidak mudah.  Kakak berjanji untuk menyelesaikan urusan disini segera dan pulang secepatnya. Itu janji yang kka sampaikan kepada orang tua."

Aku termenung. Inilah rupanya alasan dia kembali ke kota ini dan menata semuanya lagi. Untuk orang tua.

**********

Dan kamu dek. Apa ceritamu?  Tanyanya dengan senyum simpul.
       Aku terdiam sejenak sembari membalas dengan senyum yang sama sebelum akhirnya tertawa dan mengatakan.  

"Aku gak punya cerita apa-apa kak. " balasku
        Mendadak aku malu dan kehilangan percaya diri untuk menceritakan hal receh yang kerap kali kutulis di blog dan sering dibacanya saat masih di sana. Kata-kata yang tersusun di sepanjang perjalanan pergi tadi kutahan untuk dikeluarkan. Menurutku, cerita miliknya sudah cukup mengisi pertemuan kami hari ini.
 
         “Mendengar kisah kakak membuatku berfikir bahwa masalah yang kemarin rasanya besar sebenarnya adalah kecil. Tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan cerita kakak yang nilainya 100, ceritaku mungkin hanya 5." Jawabku.

"Apa itu? Ceritalah dek. Setiap orang kan punya masalah dan cerita yang berbeda. Kakak ingin mendengar ceritamu." bujuknya

       Lalu meluncurlah cerita recehku. Sedikit. Yang tentu saja  tak berarti apa-apa dibanding kisahnya.


hey,
Banyak pelajaran yang kudapat hari ini dari kakak yang ku kagumi. 
Kak Husnia.. 
Membuka satu lagi ruang berfikir untuk kita terus bersyukur, bersyukur dan bersyukur.
  
“Orang hebat pasti akan diuji dengan ujian yang hebat” 
Aku yakin, salah satunya adalah kamu Kak.

Aku kagum padanya.. 
"Selamat berjuang kakak ku sayang. Semoga kakak dimudahkan urusannya untuk  mewujudkan harapan mereka yang tengah merindukan kka di sana. (Ayah, Ibu, adek, dan keluarga kakak)

Aamiin.."


Laa haula wa laa quwwata illa billahil aaliyyul aaziim

********

@Catatan.Aksara
-Penghujung Maret 2019-





1 Mar 2019

Namanya Takdir ..

Maret 01, 2019 0 Comments


Di dunia ini
Ada yang tak mampu kita lawan.
Tidak bisa dielakkan.

Namanya takdir.
Sesuatu yang semakin kita tanyakan maka semakin tak kita temukan jawaban.
Sulit diprediksi, hanya untuk diikuti.

****
Di semesta ini
Ada yang harus kita terima apa adanya.
Terima semuanya, apa saja.

Namanya takdir.
Sebuah rahasia besar yang barangkali membuat kita geleng-geleng kepala.
Tidak menyangka akan seperti apa.

****
Iya, namanya adalah takdir.
Naskahnya tak bisa eja.
Alurnya tak bisa di baca.
Jalannya tak bisa diterka.

Tugas kita sebagai manusia hanya tunduk dan percaya.
Sebab itu bukti ketaatan kita kepada Pencipta.
Bukankah setiap makhluk yang beriman memang mesti tunduk pada qada qadar-Nya.?

****
Begitulah garis takdir.
Segala sesuatu yang terjadi saat ini sesungguhnya telah tertulis jauh sebelum kita ada.

"Tinta yang telah mengering.
Lembar yang sudah siap dibacakan."

Di dalamnya ada banyak cerita hidup.
Tentang kebahagiaan yang membuncah.
Tangis yang membuat air mata tumpah.
Satu persatu alur hidup ini teratur sempurna, sedetail detailnya.

****
Allah lah Sang Pemilik Hakiki sebuah rencana. .
Kita manusia.
Hanya bisa percaya.

****
#Catatan.Aksara💙