Tulisan ini merupakan karya pertama yang berani saya publish untuk lomba menulis. April 2018, dibuat dalam waktu semalam (kali kedua saya lembur dan tidak tidur). Melalui proses singkat dengan dua kali wawancara langsung bersama narasumber, Alhamdulillah kisah yang beliau utarakan coba saya rangkai dengan kata-kata sederhana: sesuai kemampuan saya. Dalam banyaknya kekurangan karya saya ini, saya berharap ada inspirasi yang kita dapatkan dari sosok beliau. Karna jujur, saya sendiri adalah orang yang mengagumi beliau. Kepada dosen saya; Ibu Hj.Wagiyem, terimakasih sudah mempercayakan saya untuk menulis kisah hidup Ibu. semoga terus menginspirasi.
(Perempuan Inspiratif KalBar: Pendidik, Inspirator, Aktivis Dakwah)
oleh Lusi Murdianti
********************
“Perempuan
adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan diberikan potensi. Potesi yang
dimiliki tidak boleh diabaikan, dalam artian kita harus berfikiran kedepan,
harus punya kemandirian. Niatkan segala sesuatu
yang kita lakukan agar menjadi ladang amal
sholeh dan tabungan akhirat”. (Hj. Wagiyem)
Ini adalah kisah tentang salah satu tokoh
perempuan Kalimantan Barat yang begitu menginspirasi. Hidup bersama seorang Ibu
single parent namun mampu mendidiknya
menjadi seseorang yang berhasil. Takdir membawanya mendapatkan anugerah yang
luar biasa, bisa mengunjungi Baitullah saat usia 7 tahun kemudian menghabiskan
10 tahun masa kecil sampai remajanya di Kota Suci, Mekkah.
Kembali ke Indonesia melanjutkan
pendidikan dengan tetap membawaserta mimpi dan harapan yang tak kunjung padam.
Tekadnya untuk berhasil sangat kuat. Beliau menjadikan kedekatan dengan Allah sebagai
alasan setiap tindakan. Doa dan ikhtiar selalu mengiringi perjalanan hidupnya.
Perempuan cerdas, sosok luar biasa
yang tidak henti-hentinya menebar manfaat. Tidak hanya di keluarga, lingkungan
kerja, beliau juga mengabdikan dirinya di masyarakat. Perempuan paripurna, menginspirasi.
*************************
Wagiyem atau yang lebih sering disapa Bu
Wagiyem adalah salah satu tokoh
perempuan yang konsen di dunia pendidikan. Beliau dikenal sebagai dosen di
salah satu perguruan tinggi di Kalimantan Barat .Mengemban amanah penting
menjadi pimpinan salah satu organisasi
besar di Kalimantan Barat tidak membuat ia lupa dengan tugas utamanya, beliau tetap
menjadi sosok anak, istri dan ibu bagi keluarganya. Keberadaannya selalu menginspirasi
setiap yang mengenalnya baik orang terdekat, mahasiswa maupun masyarakat yang
pernah berinteraksi dengan beliau.
Perempuan
hebat ini lahir di Pontianak, 4 mei 1966. Buah hati dari Alm.Syamsuddin (bapak)
dan Hj.Maemunah (Ibu). Pada masa kecilnya beliau dirawat oleh Ibunya yang
memutuskan menjadi single parent
karena berpisah dari Bapak. Bu Wagiyem merupakan bungsu dari tiga bersaudara,
satu-satunya anak perempuan sebab kedua kakaknya laki-laki. Terlahir dari
keluarga sederhana dan tidak memiliki sosok lengkap kedua orang tua membuatnya
banyak belajar tentang bagaimana berjuang mewujudkan mimpi dan harapan.
Ibunya
adalah sosok hebat yang paling berjasa menghantarkan beliau pada keberhasilan.
Perempuan dengan prinsip hidup yang kuat, pekerja keras, ulet, hemat, disiplin,
serta tidak bergantung pada orang lain
ini juga mendidik anaknya dengan baik. Satu prinsip yang selalu dipegang teguh
oleh ibu beliau yaitu “walaupun saya tidak sekolah, tapi anak saya harus
sekolah dan berpendidikan” kalimat itu yang selalu beliau ucapkan. Beliau selalu berusaha mewujudkan harapan dan
cita-citanya, salah satunya adalah beliau ingin menunaikan haji ke Baitullah.
Walaupun
menjadi single parent dan harus menafkahi
ketiga anaknya, Ibu beliau; Hj. Maemunah
kemudian menabung dari hasil usaha jualannya untuk berangkat haji.
Meskipun pada awalnya banyak yang tidak percaya dan berpendapat bahwa lebih
baik uang tabungan itu untuk hidup ketiga anaknya namun dengan tekad yang kuat alhamdulillah beliau bisa menunaikan
haji di Mekkah. Setelah itu kehidupan mereka membaik dan kembali Allah berikan
kesempatan untuk menunaikan haji sampai tiga kali. Setelah itu, pada kali
keempat keberangkatannya ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umroh ternyata
kemudian menjadi babak baru dalam perjalanan hidup beliau, termasuk perjalanan
Bu Wagiyem.
Tahun
1974, saat itu Bu Wagiyem masih berusia sekitar 7 tahun. Beliau dengan
bersemangat meminta untuk ikut dengan ibunya. Mendengar Hj.Maemunah sering
bercerita tentang suasana dan keindahan Baitullah, Wagiyem kecil menjadi punya
harapan kuat ingin terbang juga kesana. Baitullah adalah rumah Allah, dan dalam
imajinasi polos beliau jika pergi ke Baitullah maka akan bertemu langsung dengan
Allah. Hanya itu harapan sederhananya. Akan tetapi, perasaan spiritual yang
muncul sejak kecil itulah yang kemudian setelah dewasa baru bisa beliau maknai.
Beberapa
pengalaman spiritual ini yang beliau dapatkan sangat beliau syukuri. Salah
satunya adalah pada awal keberangkatan menuju Jakarta sebelum bertolak ke tanah
suci. Mereka berdua berangkat dari Pontianak ke Jakarta dengan asumsi bahwa
saudaranya akan menjemput di bandara Jakarta. Hj. Maemunah tidak tahu bahwa ada
informasi tentang pesawat akan delay.
Begitu sampai ke Jakarta tidak ada jemputan, mereka menunggu sampai malam.
Akhirnya mereka bertemu dengan orang yang menawarkan penginapan tidak jauh dari
bandara. Berjumpa dengan orang baik hati mereka juga diberi kemudahan serta
dijamu. Wagiyem kecil adalah sosok yang supel, mudah berinteraksi dan suka
bercengkerama dengan anak kecil sehingga orang tuanya menjadi senang dengan
beliau dan akhirnya menjadi penghubung turut membantu mencari tau saudara yang
seharusnya menjemput kedatangan mereka. Bu Wagiyem dan ibunya pada saat itu
diantar kembali ke bandara hingga akhirnya bertemu saudara mereka.
Singkat
cerita, berangkatlah mereka berdua ke tanah suci ntuk melaksanakan ibadah
umroh. Pada saat hendak pulang, mereka berkunjung dulu ke rumah teman H. Maemunah
yang menetap di Mekkah. Teman ibunya Bu Wagiyem ini kemudian menawarkan untuk
mereka berdua menetap saja disana dan memasukkan Bu Wagiyem ke sekolah dasar di
Mekkah. Di Mekkah beliau tinggal dengan Ummi dan Syekh yang sudah seperti orang tua beliau sendiri.
Syekh adalah orang Mekkah yang bertugas mengkoordinir dan mengelola jamaah haji
yang ke Mekkah. Tinggal di Mekkah membuat beliau harus berinteraksi dan
menyesuaikan segala hal dengan keadaan disana.
Sejak
kecil beliau adalah sosok yang cerdas dan mendapatkan prestasi. Pada saat Madrasah
Ibtidaiyah di Mekkah, Bu Wagiyem selalu mendapatkan rangking satu dengan
predikat mumtaz. Salah satu kebahagiaan
dan motivasi beliau adalah saat mendapatkan hadiah sebagai apresiasi
prestasi yang didapatkan. Enam tahun di Madrasah Ibtidaiyah kemudian beliau
melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah, di sekolah menengah beliau juga mendapatkan
prestasi, meskipun tidak juara satu tetapi masih masuk dalam peringkat lima
besar. Setamat Madrasah Ibtidaiyah beliau melanjutkan lagi ke sekolah yang jika
di Indonesia setara dengan Sekolah Menengah Atas. Tahun 1984 , setahun setelah berada di sekolah menengah atas akhirnya beliau
memutuskan untuk kembali ke Tanah Air.
Sepulangnya
ke Tanah Air, Bu Wagiyem memilih tetap untuk melanjutkan pendidikan kembali.
Atas saran keluarga, karena beliau punya latar belakang pendidikan berbasis agama
dan bahasa arab akhirnya bersekolah di PGA Pontianak (Pendidikan Guru Agama Islam
; saat ini sudah berubah menjadi MAN 2 Pontianak). Ada pengalaman menarik, saat
pertama kali masuk, beliau tidak diizinkan untuk langsung belajar bergabung
dengan teman teman kelas, melainkan disuruh untuk belajar dan membaca buku di
perpustakaan guna menyesuaikan dengan kurikulum dan bahan pelajaran yang
diterapkan di Indonesia. Sebulan lamanya beliau melakukan rutinitas yang sama
hingga merasa bosan dan dengan memberanikan diri mengahadap Kepala Sekolah
untuk meminta izin bergabung mengikuti pelajaran di kelas bersama teman-teman
yang lain. Beliau merasa bahwa penting untuk bersosialisasi dengan teman-teman
barunya hingga bisa menyesuaikan dengan lingkungan belajar yang juga baru.
Tidak butuh waktu lama, beliau sudah bisa dekat dengan teman-temannya. Sebagai murid
baru saat itu, Bu Wagiyem luar biasa. Ketika naik tingkat ke kelas dua,
beliau meraih juara satu sampai
seterusnya begitu.
Setamat
PGA tahun 1986, beliau berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
kuliah meskipun keadaan saat itu sangat memungkinkan untuk langsung melamar
kerja karena setemat PGA sudah bisa mendaftar mejadi guru. Namun Bu Wagiyem
berfikiran bahwa ilmu agama yang dimilikinya masih harus ditambah sehingga
beliau memutuskan untuk mendaftar di jurusan bahasa Arab, fakultas tarbiyah
STAIN Pontianak yang pada saat itu masih di bawah Yayasan IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Di
dunia kampus inilah kemudian beliau banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran
hidup yang berharga. Pada saat itu kondisi fasilitas kampus masih sangat minim
dan mahasiswa juga tidak banyak. Dua kelas jurusan PAI ( Pendidikan Agama
Islam) dan satu kelas bahasa Arab. Jumlah mahasiswa hanya 10 orang untuk
mahasiswa bahasa Arab, dan Bu Wagiyem menjadi satu-satunya perempuan yang
mengambil jurusan itu. Prinsip Bu Wagiyem pada saat itu beliau tidak
suka melihat orang lain menyontek. Ada rasa tidak rela dan tidak adil bagi beliau.
Saat
itu karena mahasiswa jurusan bahasa Arab sedikit jadi sering bergabung dengan
mahasiswa PAI untuk mata kuliah umum. Beliau memang terbiasa mencatat point-point
penting yang dijelaskan dosen. Beliau adalah tipe orang yang jika membaca harus
dari awal sampai akhir, rasa ingin tahu dan minat bacanya yang tinggi. Yang
menarik dari beliau ialah beliau yang susah memahami catatan orang lain
meskipun dengan tulisan sangat rapi dibandingkan catatan sendiri walau tidak
terlalu rapi. Pengalaman yang tidak beliau lupakan adalah ketika ujian mata
kuliah sosiologi, saat itu beliau lupa untuk mempelajari kembali materi untuk
ujian. Kondisi susasana kelas yang ramai menjadikan pengawasan yang agak
kurang, teman-teman beliau banyak yang mencontek, ada godaan agar beliau juga
igin begitu tapi beliau meyakinkan dirinya sendiri untuk jujur meskipun
hasilnya seadanya. Ada rasa tidak percaya diri saat itu, tapi Alhamdulilah tidak disangka hasilnya
memuaskan.
Selain
mata kuliah sosiologi, ada satu mata kuliah lagi yang berkesan bagi beliau.
Saat itu mata kuliah psikologi dengan dosen yang begitu perfect dan detail dengan penilaian dari ujian tulis, wawancara
sampai sikap dan keaktifan saat di kelas. Saat ujian, salah satu teman beliau
bertanya tentang maksud dari soalnya, beliau bantu menjelaskan karna yang
ditanya soal; bukan jawaban. Tapi sudah terlanjur tertangkap basah dipandangi
oleh dosennya. Saat itu juga beliau khawatir dan berfikiran bahwa tidak akan
lulus sebab takut dianggap mencontek kepada temannya. Beliau sudah berfikiran
akan mengulang jika tidak lulus, tidak disangka saat pengumuman nilai dari
puluhan mahasiswa hanya 2 mahasiswa yang dapat nilai A (saat u standar nilai A
adalah rentang 85-100). Nilai A adalah nilai yang sudah didapatkan. Ternyata
salah satu dari yang mendapatkan A itu adalah beliau. Keyakinan dari pengalaman
seperti itu yang juga mengahantarkan beliau memaknai sikap sikap positif yang
diterapkan sampai saat ini.
Sejak semester satu beliau sudah punya keinginan untuk
menjadi dosen dan bertanya dengan dosen apa syarat menjadi dosen. Salah satunya
dijelaskan bahwa syarat menjadi dosen adalah ipk minimal 3. Beliau kemudian
memasang target dan tujuan untuk meraih harapannya. Pengalaman saat kuliah
juga, kelemahan beliau adalah sosok yang kurang suka tugas kelompok, lebih suka
tugas mandiri karena tugas kelompok yang beliau anggap kurang efektif mulai
dari kurangnya koordinasi, waktu yang kurang dimanfaatkan dengan baik karena
saat bertemu akan bercerita dan beberapa hal lainnya.
Motivasi
beliau timbul dari lingkungan keluarga dan sosok ibu yang tegas bahkan saat
beliau sudah kuliah. Misal saat meminta uang untuk membeli bedak atau hal lain
yang kurang bermanfaat tidak diberikan akan tetapi jika uang untuk membeli
buku, kepentingan untuk belajar atau transportasi kuliah itu pasti langsung
diberikan. Beliau sejak mudah sudah berpegang pada prinsip tidak mau goncengan
dengan laki-laki karena bukan mahram, diajarkan untuk mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain.
Sambil
kuliah Bu Wagiyem menjadi tenaga hororer di perpustakaan saat itu dengan gaji
masih 15 ribu pada tahun 1987. Ini dianggapnya sebagai strategi dan kesempatan
supaya bisa lebih banyak membaca buku karena jika meminjam biasa mungkin hanya
bisa minjam 2, tapi kalau kerja bisa banyak buku.
Beberapa
waktu setelah itu kemudian beliau memutuskan untuk berhenti dengan alasan fokus
skpripsi. Beliau adalah sosok yang senang melakukan sesuatu secara terencana. Selalu
mentarget segala sesuatunya termasuk masa pengerjaan skripsi. Banyak tantangan
juga salah satunya adalah pengalaman beliau saat harus mendatangi dosen subuh
subuh untuk bimbingan dikarenakan dosen pembibing beliau tidak lama setelah itu harus berangkat keluar
mek]lanjutkan studi. Alhamdulillah,
proses itu bisa dilewati sehingga beliau bisa menyelesaikan kuliah kurang lebih
5 tahun. Tahun 1991, beliau mendapatkan predikat terbaik dan harus wisuda di
Jakarta karna STAIN saat itu masih di bawah naungan IAIN syahid Jakarta. Ini
menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagi beliau karena bisa bersalaman dengan Rektor
yang kesempatan itu tidak dimiiki semua peserta wisuda sebab terlalu ramai.
Setelah
wisuda beliau memasukkan lamaran ke beberapa instansi, termasuk instansi diluar
negeri seperti Malayasia dan Brunei. Namun takdir membawanya untuk menjadi
pengajar di tempat asalnya menuntut ilmu, dosen di Jurusan Bahasa Arab Fakultas
Tarbiyah STAIN Pontianak.
Di
masa mudanya, Bu Wagiyem adalah sosok yang memegang teguh prinsip dan mempunyai
pandangan bahwa tidak boleh berpacaran di dalam Islam sehingga selalu menjaga diri.
Salah satu tipe yang beliau harapkan bisa menjadi imam beliau adalah memiliki
kesamaan visi, agamanya kuat, bertanggung jawab, juga seorang aktivis supaya
nantinya tidak memikirkan diri dan keluarga saja tapi juga memikirkan orang
lain dengan berdakwah. Alhamdulillah beliau bertemu dengan bapak H. Abdussomad
yang saat ini menjadi suaminya. Mereka menikah tahun 1992, tidak lama setelah
itu SK PNS Bu Wagiyem mengajar di STAIN juga keluar.
Peran di Keluarga
Bu
Wagiyem mempunyai suami dan dua orang anak. Dua anak perempuannya yaitu Ariza
dan Arifa. Hj. Maemunah, nenek dari Ariza dan Arifa juga tinggal bersama
mereka. Saat ini mereka bertempat tinggal di Jl. Gusti Hamzah gg. Nursalim
Pontianak.
Beliau
merasa beruntung mendapatkan suami yang selalu mengajak kebersamaan. Berbagi segala
tugas pekerjaan rumah mulai dari mencuci, menyeterika, mencuci piring, bekemas
rumah sampai memasak. Untuk kedua anaknya beliau mengajarkan anak-anak memang
tidak ditekankan harus juara 1 tapi ditekankan bahwa sekolah itu penting
sehingga mereka termotivasi dan mendapatkan prestasi di sekolah. Pada akhirnya
anak beliau menjadi sosok yang mandiri dan disiplin,
Tantangan
dan ujian bagi beliau di tengah keluarga pada saat itu adalah terkait
melanjutkan pendidikan. Tahun 1998. Beliau saat itu, harus S2. Dilema karena
harus S2 di luar pulau Kalimantan yaitu di IAIN Walisongo Semarang. Anak bungsu
Bu Wagiyem saat itu baru berusia kurang dari 2 tahun. Pada kondisi itu, hampir
setiap hari beliau menelepon, karna hanya bisa pulang setiap liburan menggunakan
kapal, seperti libur semester. Tapi semua itu didukung oleh Ibu dan suami. Yang
paling mengharukan adalah pernah saat beliau pulang liburan “Anak bungsunya seperti
tidak kenal dengan dirinya karena terlalu lama berjauhan”. Namun setelah itu
dia terbiasa kembali. Setelah itu kadang suami beliau membawa kedua anaknya ke
Semarang untuk bertemu ibu 2 bulan sekali.
Bapak
pada saat itu mencoba ikut tes lalu lulus di Universitas negeri Semarang. Kemudian
mereka sekeluarga hijrah ke Semarang. Bu Hj. Maemunah turut ikut. 2001 Bu Wagiyem selesai kuliah dan pulang ke
Pontianak.
Di rumah, Ibu tidak dibantu asisten
rumah tangga saat ini, meskipun dulu sempat pernah. Semuanya dikerjakan sendiri; melayani Ibu beliau, suami serta anak beliau (saat
ini sedang kuliah di Yogyakarta).
Peran di Lingkungan Pemdidikan
Setelah
tamat S2 di tahun 2001, Bu Wagiyem dipercaya untuk menjadi ketua program studi
(Kaprodi) Pendidikan Bahasa Arab sampai tahun 2004. Kemudian setelah itu
terpilih menjadi Ketua Jurusan Syariah pada 2004-2008.
Pada
saat menjabat menjadi ketua jurusan, Bu Wagiyem menjadi pimpinan yang memandu
bawahan dan rekan kerjanya untuk bisa belajar menjalankan organisasi dengan
memberikan kesempatan dan mempercayakan beberpa tugas seperti saat saat
kepanitiaan atau event-event yang
ada.
Tegas
pada mahasiswa, disiplin dan tegas namun menyampaikan sesuatu dengan lembut,
begitulah sosok beliau. Banyak dari pengalamannya saat kuliah kemudian diterapkan
saat mengajar seperti tegas pada mahasiswa yang ketahuan mencontek, dsb.
Setelah tidak lagi menjadi Kajur
Syariah, Bu Wagiyem memutuskan menjadi dosen biasa. Mengabdi untuk pendidikan
di kampus sampai dengan sekarang.
Selain
di IAIN, Bu Wagiyem juga sering diminta di Universitas Muhamadiyah Pontianak
dan Akademi kebidanan Aisiyyah Pontianak. Ibu biasanya mengisi materi
pengajian, diskusi baik untuk kalangan dosen maupun mahaiswa.
Peran di masyarakat
Aktif di luar kampus yaitu di organisasi
masyarakat, Aisiyyah Kalimantan barat. Beliau merupakan adalah anggota Aisyyah.
Pada saat menjabat di kampus, beliau masih belum terlalu aktif disini karena
harus membagi waktu. Menurut beliau, organisasi Aisiyyah ini adalah organisasi
perempuan yang punya ciki khas dengan model dakwah yang langsung bil aml (dengan perbuatan) tidak hanya bil lisan.
Disana
beliau mengelola lembaga-lembaga yang didirikan secara profesionl, sesuai
dengan standar yang diterapkan. Didalamnya memuat banyak bidang, ada majelis
kesehatan, majelis pendidikan ( seperti : TK, SD, SMP, SMA, SMK, atau Akbid yang berada dibawah naungan yayasan), majelis
unit usaha ekonomi, dll. Di Kalimantan Barat, organisasi ini tersebar di 13
daerah, setiap daerah mengkoordinir di daerah masing masing namun bertanggung
jawab kepada pimpinan diatas.
Bu
Wagiyem diamanahkan untuk menjadi pimpinan selama 2 periode. Masa kepengurusan beliau adalah sampai tahun 2020.
Di sinilah beliau banyak melakukan pengabdian yang benar benar nyata kepada
masyarakat, berbagi pengetahuan beliau, mengisi di majelis-majelis ilmu, dan
banyak hal lain yang sangat bermanfaat dirasakan masyarakat secara langsung.
Pesan Bu Wagiyem Untuk Perempuan-Perempuan
Kalimantan Barat:
Perempuan
adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan diberikan potensi. Potesi yang dimiliki
tidak boleh diabaikan, dalam artian kita harus berfikiran kedepan, harus punya
kemandirian. walaupun sudah berkeluarga
kalau bisa jangan bergantung keadaan suami, misalnya sebagai anak tidak boleh hanya
begantung pada orang tua. Seorang perempuan itu harus mandiri. Tidak ada
salahnya seorang istri berpartisipasi membantu untuk ekonomi keluarganya,
anggap sebagai sedekah dan amal shaleh. Kesempatan yang digukanan harus dimaksimalkan.
Cita cita kita sederhana saja, menjadi orang
baik sesuai hadist Rasulullah : Khoirunnas
anfauhum linnas (bermanfaat untuk orang lain).
Begitupun
dalam rumah tangga, sebagai seorang istri kita tidak boleh terlalu banyak
menuntut di luar batas kemampuan suami. Sehingga suami terpengaruh terdorong untuk
melakukan hal hal yang melanggar aturan agama. Nauzubillahi min dzalik. Dari segi ekonomi, istri kalau bisa membantu
suami apapun dikerjakan tetap dengan prisnsip harus halal. Jangan berfikiran jika Sarjana
nanti malu melakukan pekerjaan yang sederhana padahal sebenarnya halal. Percaya
dirilah dengan hal itu. Kita tidak tau ke depan akan seperti apa, apalagi jika hanya
mengandalkan suami. Karena suami juga wajib memberi nafkah untuk orang tunya.
Harus
bisa mengajak suami untuk bersama-sama menjadi soleh, dan menjadikan dia anak yang
sholeh bagi kedua org tuanya. Pandai-pandailah memanaje waktu. Kita bisa
beraktivitas dan bermanfaat di sektor formal pekerjaan, informal di keluarga
ataupun non formal di masyarakat. Jangan pernah merasa lelah, niatkan ini menjadi
ladang amal sholeh dan tabungan akhirat.
Amalkan surah al-ash tentang dua golongan yang tidak akan pernah merugi yaitu yang
beriman dan beramal sholeh. Semoga kita menjadi bagian darinya.Aamiin
di bagian terakhir saya sertakan foto beliau bersama Suami.
Semoga Bermanfaat..
Murdianti.lusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar