Setiap
detik dan hirupan udara yang tak berhenti kita hembuskan sejatinya adalah
bagian dari perjalanan singkat kehidupan dunia. Karna sungguh hidup yang sedang
kita lewati hakikatnya merupakan sebuah jalan berujung, yang suatu saat akan
terhenti pada batasnya. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’anul Karim
yang bebunyi :“Kami
tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi kemudian sampai dewasa ada yang diwafatkan, ada yang dipanjangkan
umurnya.” (Al Hajj 22 : 5)
Sesuatu yang akan saya ambil
kepingan hikmahnya kali ini tidak lain ialah sebuah potongan singkat dari
keseluruhan alur perjalanan yang telah,
sedang dan InsyaAllah akan saya lalui.
******
Awal Agustus 2017
Tidak ada yang begitu istimewa
dari kisah ini sebenarnya. Hanya sebagai pengingat dan penguat, bahwa
seringkali perjalanan akan menyisakan cerita dan pelajaran berharga. Begitu
pula perjalanan saya kali ini, ketika mengikuti program KKL (Kuliah Kerja
Lapangan) Integratif. Kisah ini bermula saat pihak kampus mengadakan program
pengabdian masyarakat untuk ratusan mahasiswa semester 7 semua jurusan di IAIN
Pontianak. Disebabkan kegiatan ini bersifat wajib dan dihitung sebagai mata
kuliah dengan 3 sks, maka mau tidak mau harus diikuti meskipun dalam hati kecil
saya masih bimbang harus meninggalkan amanah yang ada. Selama 32 hari, waktu
yang cukup panjang untuk sebuah perjalanan.
Menemui orang-orang baru dan
harus satu tempat tinggal dengan mereka sebenarnya bukan suatu masalah. Masalahnya
adalah sanggupkah saya bertahan di lingkungan baru tanpa sahabat-sahabat saya
di lingkungan sebelumnya. Jujur, tidak ada satupun dari anggota kelompok ini
yang saya kenal dekat. Hanya beberapa orang yang saya sekedar tau namanya saja.
Inilah yang kemudian saya namakan perjalanan ini sebagai ujian. Saya mesti
keluar dari zona nyaman yang sebelumnya boleh dikatakan “terjaga” menuju lingkungan yang masih abu sekilas menurut saya
“Belum tau akan seperti apa”. Dengan segala keterbatasan
fasilitas, membuat saya harus sangat berhati-hati. Misalnya, Posko untuk
kelompok kami hanya satu sehingga mahasiswa laki-laki dengan sangat terpaksa
kami izinkan untuk tinggal di tempat yang sama. Kemudian karakter dan sifat
teman-teman yang baru saya kenali juga membuat saya harus belajar dalam
berinteraksi dengan mereka. Alhamdulillah pada bagian ini bisa saya lewati karna mereka cukup terbuka dan
mau menerima saran meskipun tidak selalu.
Pada titik inilah ujian yang
saya nilai “cukup berat bagi saya” untuk melewatinya. Sampai berkali kali saya
berfikir dan membayangkan, jika kehidupan saya selamanya begini apa yang akan terjadi. Boleh dikatakan ini
adalah pergolakan batin yang tidak bisa saya deskripsikan seperti apa. Intinya,
keluar dari zona nyaman harus menjaga diri sendiri, berupaya mengingatkan orang
lain, mencoba mengubah lingkungan baru layaknya lingkungan sebelumnya itu adalah
pekerjaan yang cukup sulit sepertinya. Karna disitulah kita baru mengetahui, seberapa
nilai kapasitas yang kita miliki.
Bisa mewarnai atau akan terwarnai atau
malah baru pada level mewarnai diri sendiri. Di satu titik pada keadaan yang
menurut saya adalah puncaknya saya sadar bahwa diri harus lebih banyak belajar
dan bersabar. Diluar semua itu sebenarnya teman-teman baru saya adalah
makhluk-makhluk yang sangat menyenangkan. Hampir semuanya periang, suka
bercanda untuk mencairkan suasana dan banyak kelebihan-kelebihan mereka yang
tak bisa saya ceritakan satu persatu.
Berlanjut, Selain sebagai sebuah
ujian, perjalanan KKL kali ini juga memberi banyak pelajaran berharga yang baru
saya sadari dan membuat saya mengubah mindset yang selama ini saya miliki. KKL
adalah pengabdian kepada masyarakat. Masyarakat disini merupakan kelompok yang
heterogen, dengan beragam pemikiran, sifat, karakter, jenis pekerjaan, suku, dan
tingkat pemahamannya. Untuk
menggabungkan dan menyatukan cara
pandang dari kami dengan mereka sudah tentu membutuhkan pendekatan. Tidak semua
rencana dan program yang selama ini kami pandang sebagai sebuah sesuatu yang
ideal bisa terealisasikan ditengah mereka. Disinilah baru terasa, banyaknya
kesenjangan antara teori dan praktek. Rencananya “ini itu bla bla dan
sebagainya”, ternyata yang terealisasi dan terjadi “seperti ini, seperti itu,
rupanya begini, dsb”.. Terjun ke masyarakat tak sesederhana presentasi makalah
di depan kelas, apalagi jika makalahnya adalah produk asli copy paste lalu diprint dan didiskusikan. Andaikan semudah itu. Beginilah
kiranya kehidupan ril mayarakat yang nanti
setamat kuliah akan saya dan teman-teman mahasiswa lain hadapi.
Bersyukur Alhmadulilllah setidaknya ini gambaran nyata yang membuat kita harus
bersiap menyusun strategi agar kelak perubahan yang dicitakan bisa
terealisasikan.
Tiga puluh dua hari perjalanan
waktu yang cukup panjang untuk membuat seuntai kenangan, sejumput cerita yang
mengasa, juga mengumpulkan hikmah hikmah yang terserak saking banyaknya. 32
hari juga bisa dikatakan sebagai pengalaman yang luar biasa dan lebih dari
cukup untuk mengenal seseorang. “ Maka
benarlah yang dikatakan Sayyidina Umar Bin Khattab bahwa untuk mengetahui
akhlak dan karakter seseorang salah satunya adalah mengadakan safar (bepergian)
bersamanya selama 3 hari”.
Maka biarkanlah saya memaknai
potongan perjalanan singkat Ini sebagai sebuah ujian dan pelajaran. Agar apa-apa
kebaikan yang ada padanya bisa saya terima dan ambil untuk perjalanan ke depan,
kemudian apa-apa yang tidak sama sekali
bernilai kebaikan kiranya dapat saya tinggalkan.
*************
*************
Ambillah
dan kenanglah yang baik dari diriku, itupun jika ada.
Jika
tak kalian temukan kebaikan dan hikmah itu, setidaknya jangan ceritakan aib-aib
dan kekuranganku.
Kalian
ibarat keluarga baru, yang tak akan kulupaka satu persatu.
Pertemuan
kita bukanlah ketidaksengajaan, melainkan sebuah ketetapan.
Allah
perjumpakan kita bukan sekedar untuk berkenalan, bersama sebentar, lalu
berpisah begitu saja.
Yakinlah,
orang-orang baru yang Allah hadirkan adalah bentuk pengingat dan pemberian
pelajaran. Agar kiranya kita bisa mengambil hal-hal baik pada diri mereka.
Semoga
perjalanan ini menjadi penambah hikmah yang ada pada diri kita, Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
**Lusi Murdianti **
Terus menginspirasi kakak 😊
BalasHapusSiap dek.. InsyaAllah. Kamu juga ya😉
BalasHapus