adalah bagian kecil dari hidup, agar ia tak redup. Sesuatu yang ingin diabadikan, namun tak mungkin akan bertahan sebab pada masanya ia pasti pergi. Tulisan barangkali bisa menjadi titik temu; antara gagasan, tanya, rasa, harapan, kebenaran, juga pencarian jawaban. Menyatu dalam sebuah bingkai berisi catatan-catatan sederhana. **(lsmdnt@catatan.aksara)**

Tentang saya :)

Total Pengunjung

Yuks menelusuri..

10 Okt 2017

Memaknai Potongan Perjalanan (KKL 2017);



Potongan perjalanan




                Setiap detik dan hirupan udara yang tak berhenti kita hembuskan sejatinya adalah bagian dari perjalanan singkat kehidupan dunia. Karna sungguh hidup yang sedang kita lewati hakikatnya merupakan sebuah jalan berujung, yang suatu saat akan terhenti pada batasnya.  Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’anul Karim yang bebunyi :“Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,  kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi kemudian sampai dewasa ada yang diwafatkan, ada yang dipanjangkan umurnya.” (Al Hajj 22  : 5)
            Sesuatu yang akan saya ambil kepingan hikmahnya kali ini tidak lain ialah sebuah potongan singkat dari keseluruhan alur perjalanan  yang telah, sedang dan InsyaAllah akan saya lalui. 

******


Awal Agustus 2017
                Tidak ada yang begitu istimewa dari kisah ini sebenarnya. Hanya sebagai pengingat dan penguat, bahwa seringkali perjalanan akan menyisakan cerita dan pelajaran berharga. Begitu pula perjalanan saya kali ini, ketika mengikuti program KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Integratif. Kisah ini bermula saat pihak kampus mengadakan program pengabdian masyarakat untuk ratusan mahasiswa semester 7 semua jurusan di IAIN Pontianak. Disebabkan kegiatan ini bersifat wajib dan dihitung sebagai mata kuliah dengan 3 sks, maka mau tidak mau harus diikuti meskipun dalam hati kecil saya masih bimbang harus meninggalkan amanah yang ada. Selama 32 hari, waktu yang cukup panjang untuk sebuah perjalanan.
                Menemui orang-orang baru dan harus satu tempat tinggal dengan mereka sebenarnya bukan suatu masalah. Masalahnya adalah sanggupkah saya bertahan di lingkungan baru tanpa sahabat-sahabat saya di lingkungan sebelumnya. Jujur, tidak ada satupun dari anggota kelompok ini yang saya kenal dekat. Hanya beberapa orang yang saya sekedar tau namanya saja. Inilah yang kemudian saya namakan perjalanan ini sebagai ujian. Saya mesti keluar dari zona nyaman yang sebelumnya boleh dikatakan “terjaga” menuju lingkungan yang masih abu sekilas menurut saya “Belum  tau akan seperti  apa”. Dengan segala keterbatasan fasilitas, membuat saya harus sangat berhati-hati. Misalnya, Posko untuk kelompok kami hanya satu sehingga mahasiswa laki-laki dengan sangat terpaksa kami izinkan untuk tinggal di tempat yang sama. Kemudian karakter dan sifat teman-teman yang baru saya kenali juga membuat saya harus belajar dalam berinteraksi dengan mereka. Alhamdulillah pada bagian ini  bisa saya lewati karna mereka cukup terbuka dan mau menerima saran meskipun tidak selalu.
                Pada titik inilah ujian yang saya nilai “cukup berat bagi saya” untuk melewatinya. Sampai berkali kali saya berfikir dan membayangkan, jika kehidupan saya selamanya begini   apa yang akan terjadi. Boleh dikatakan ini adalah pergolakan batin yang tidak bisa saya deskripsikan seperti apa. Intinya, keluar dari zona nyaman harus menjaga diri sendiri, berupaya mengingatkan orang lain, mencoba mengubah lingkungan baru layaknya lingkungan sebelumnya itu adalah pekerjaan yang cukup sulit sepertinya. Karna disitulah kita baru mengetahui, seberapa nilai  kapasitas yang kita miliki. Bisa  mewarnai atau akan terwarnai atau malah baru pada level mewarnai diri sendiri. Di satu titik pada keadaan yang menurut saya adalah puncaknya saya sadar bahwa diri harus lebih banyak belajar dan bersabar. Diluar semua itu sebenarnya teman-teman baru saya adalah makhluk-makhluk yang sangat menyenangkan. Hampir semuanya periang, suka bercanda untuk mencairkan suasana dan banyak kelebihan-kelebihan mereka yang tak bisa saya ceritakan satu persatu.
                Berlanjut, Selain sebagai sebuah ujian, perjalanan KKL kali ini juga memberi banyak pelajaran berharga yang baru saya sadari dan membuat saya mengubah mindset yang selama ini saya miliki. KKL adalah pengabdian kepada masyarakat. Masyarakat disini merupakan kelompok yang heterogen, dengan beragam pemikiran, sifat, karakter, jenis pekerjaan, suku, dan tingkat pemahamannya. Untuk  menggabungkan dan  menyatukan cara pandang dari kami dengan mereka sudah tentu membutuhkan pendekatan. Tidak semua rencana dan program yang selama ini kami pandang sebagai sebuah sesuatu yang ideal bisa terealisasikan ditengah mereka. Disinilah baru terasa, banyaknya kesenjangan antara teori dan praktek. Rencananya “ini itu bla bla dan sebagainya”, ternyata yang terealisasi dan terjadi “seperti ini, seperti itu, rupanya begini, dsb”.. Terjun ke masyarakat tak sesederhana presentasi makalah di depan kelas, apalagi jika makalahnya adalah produk asli copy  paste lalu diprint dan didiskusikan. Andaikan semudah itu.   Beginilah kiranya kehidupan ril mayarakat yang nanti  setamat kuliah akan saya dan teman-teman mahasiswa lain hadapi. Bersyukur Alhmadulilllah setidaknya ini gambaran nyata yang membuat kita harus bersiap menyusun strategi agar kelak perubahan yang dicitakan bisa terealisasikan.
                Tiga puluh dua hari perjalanan waktu yang cukup panjang untuk membuat seuntai kenangan, sejumput cerita yang mengasa, juga mengumpulkan hikmah hikmah yang terserak saking banyaknya. 32 hari juga bisa dikatakan sebagai pengalaman yang luar biasa dan lebih dari cukup untuk mengenal seseorang. “ Maka benarlah yang dikatakan Sayyidina Umar Bin Khattab bahwa untuk mengetahui akhlak dan karakter seseorang salah satunya adalah mengadakan safar (bepergian)  bersamanya selama 3 hari”.

                Maka biarkanlah saya memaknai potongan perjalanan singkat Ini sebagai sebuah ujian dan pelajaran. Agar apa-apa kebaikan yang ada padanya bisa saya terima dan ambil untuk perjalanan ke depan, kemudian apa-apa yang tidak sama sekali bernilai kebaikan kiranya dapat saya tinggalkan.
*************


Ambillah dan kenanglah yang baik dari diriku, itupun jika ada.
Jika tak kalian temukan kebaikan dan hikmah itu, setidaknya jangan ceritakan aib-aib dan kekuranganku.
Kalian ibarat keluarga baru, yang tak akan kulupaka satu persatu.
Pertemuan kita bukanlah ketidaksengajaan, melainkan sebuah ketetapan.
Allah perjumpakan kita bukan sekedar untuk berkenalan, bersama sebentar, lalu berpisah begitu saja.
Yakinlah, orang-orang baru yang Allah hadirkan adalah bentuk pengingat dan pemberian pelajaran. Agar kiranya kita bisa mengambil hal-hal baik pada diri mereka.
Semoga perjalanan ini menjadi penambah hikmah yang ada pada diri kita, Aamiin  Ya Rabbal Aalamiin.

**Lusi Murdianti **

2 komentar: