
Menjadi Dewasa
Dikatakan
oleh beberapa ahli bahwasanya fase perkembangan pertumbuhan manusia ini akan mengalami
beberapa tahapan. Fase pertama adalah masa bayi, dilanjutkan fase kedua masa anak-anak,
ketiga remaja, selanjutnya yaitu masa dewasa dan fase terakhir adalah
masa lansia atau lanjut usia. Fase ini kemudian bisa menjadi ukuran kematangan
berfikir seseorang dalam hal perilaku dan pengambilan keputusan yang mereka
lakukan.
Dalam
Islam setidaknya ada 2 fase ukuran kematangan yang saya kira cukup penting bagi
kita yaitu masa anak-anak (sabiy) dan akil baligh. Masa anak-anak atau sabiy ialah
keadaan dimana seseorang belum
dibebankan hukum syariat karena memang belum mampu memahaminya. Pada masa ini
pula dosa dan pahala kita belum dihisab dan diserahkan pertanggungjawabkan
kepada pemiliknya. Sedangkan akil baligh ialah keadaan dimana seseorang sudah dibebani hukum syariat (taklif) dan
mampu mengetahui serta mengerti hukum tersebut. Secara akal, pada usia akil
baligh kita sudah dapat membedakan baik buruk, benar salah, mengetahui
kewajiban, yang dibolehkan dan dilarang, juga yang bermanfaat dan yang merusak.
Sebagaimana
sabda Baginda Rasulullah SAW : “Diangkatkan
pena (tidak dibebani hukum) atas 3 (kelompok manusia), yaitu anak-anak hingga
baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh”. (HR. Abu Dawud)
Kemudian
batasan ataupun standar seseorang laki-laki maupun perempuan dinyatakan sudah
baligh juga sudah jelas. Artinya jika merunut pada dua konsep diatas, yaitu
fase pertumbuhan dan fase ukuran kematangan seseorang secara akal menurut islam
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua indicator ini bisa berbanding
lurus, atau bisa saja sebaliknya. Misal, seseorang yang memasuki masa remaja
sudah juga memasuki fase akil baligh menurut hukum syariat agama, atau bisa
saja seseorang sudah akil baligh menurut islam tapi secara usia pertumbuhan
mereka masih pada fase anak-anak, remaja. Begitu beberapa yang terjadi.
********
Saya
mengistilahkan bahwa asbab seseorang bisa dewasa bisa disebabkan oleh beberapa
hal. Pertama, karna memang usia dan pengalaman hidupnya yang sudah matang
sehingga pola dan tingkahnya menjadi dewasa, atau bisa juga karena dia dituntut
untuk dewasa meskipun secara umur dia masih anak-anak atau remaja. Misal, ada
seseorang yang secara usia sudah bisa dikatakan dewasa artinya sudah tidak
remaja lagi akan tetapi secara pemikiran dan tingkahnya masih seperti anak
kecil. Ada juga, sosok yang secara umur dianya memang masih muda tetapi secara tingkah
dan pemikirannya sudah sangat dewasa. Contohnya anak kecil (anak SD) yang sudah
mampu mencari uang sendiri bahkan menanggung hidup beberapa anggota
keluarganya. Yang seperti inilah kemudian saya katakan penyebab seseorang
bisa menjadi dewasa karena dia dituntut
dewasa menghadapi medan hidupnya.
Seringkali
waktu pencapaian kedewasaan setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang di umur 12
tahun sudah dewasa, atau umur 17 tahun baru mulai dewasa, bahkan saat mencapai
umur 20 tahun keatas baru bisa berfikir dewasa. Sekali lagi, faktor yang sangat
berpotensi untuk menentukannya adalah medan hidup dan pengalaman yang
dilewatinya.
Saya
sendiri merasa bahwa tuntutan kondisi dan perjalanan kehidupan yang pada
akhirnya juga membawa saya menemukan makna dewasa. Meskipun sampai saat ini saya
masih ragu apakah saya sudah bisa dikatakan dewasa atau belum sebenarnya. Di
usia yang belum genap tahun ke 20 , InsyaAllah
bulan depan 20 th , Alhamdulillah saya sudah duduk di semester akhir tahun
keempat (semester 7) pada sebuah perguruan tinggi yaitu IAIN Pontianak. Artinya
jika bisa cepat menyelesaikan tugas akhir, saya bisa lulus sebelum umur 21. Semoga Engkau permudah Ya Rabb. Memang
jika dibandingkan dengan para pemuda dahulu seperti Muhammad Alfatih yang sudah
mempunyai prestasi luar biasa dengan mampu
menaklukkan peradaban dunia yaitu
konstantinopel pada usia sangat muda, sangat jauh sekali perbandingannya.
Namun
satu hal yang saya akan selalu saya syukuri, bahwa di saat teman-teman yang
mungkin seumuran dengan saya normalnya masih duduk di semester 5 atau ada juga
yang masih menjadi mahasiswa baru, Allah sudah menggariskan takdir saya
melewati beberapa pengalaman terlebih dahulu. Salah satu alasan yang cukup
mempengaruhi tingkat kedewasaan ini mesti bertambah diantaranya yaitu tuntutan karena
menjadi senior di kampus. Alasan ini setidaknya memaksa saya
menaikkan level kedewasaan dan lebih
banyak belajar bagaimana supaya mampu menjadi sosok kakak bagi adik-adik yang ada.
Pernah
di beberapa kesempatan saya setengah bercanda bertanya pada beberapa junior yang sering memanggil saya dengan
sebutan kakak dengan pertanyaan seperti ini
“Kelahiran
tahun berapa dik?” ada yang jawab seperti ini “1997 kak”!
; “Owh, bulan? ;
Bulan juni kak! ;
hmm, tue adek sikit lah dari kakak (sambil senyum nyengir) ;
“ benar lah kak?” ;
iye! ;
emang kakak tahun berape?
97 juga! Tapi bulan 10.
Hmm.. ye ke. jadi kamek harus
manggil ape lah ni kak;
setengah bercanda saya jawab “panggil adek boleh gak”..
diakhir obrolan kami akhirnya dia
bilang seperti ini “tetap kakak jak lah
kak ye, tak enak kite” : ya udah gpp..
Ada
juga junior yang umurnya 3 sampai 6
tahun diatas saya yang secara etika tidak enak sebenarnya jika mesti saya panggil dengan
sebutan adik. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai kakak tingkat yang baik tidak
mungkin saya membiarkan adik tingkat saya memanggil dengan sebutan “dek lusi”..
lucu juga kalau benaran iya..
Itulah
mengapa selalu saya katakan “Dewasa tak
selalu melulu tentang usia, kawan. Namun apa yang sudah kita lewati pada
perjalanan hidup yang singkat ini”.. Saya mengatakan ini bukan karena saya
sudah merasa dewasa, tapi karena saya
merasa pernah pada keadaan dituntut untuk menjadi dewasa meskipun pada beberapa
kesempatan sifat manja dan
kekanak-kanakan sesekali akan keluar juga dari diri.
Semoga
kita termasuk dalam golongan yang
senantiasa bersyukur atas nikmat umur yang Allah berikan dengan selalu
menumbuhkan, memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri.
Aamiin Allahumma Aamiin..
*
Murdianti Lusi*

Tidak ada komentar:
Posting Komentar