“Amanah
yang kita pikul saat ini, bisakah di pertanggung jawabkan di hadapan Allah dan
seluruh manusia nanti? Atau paling tidak di hadapan para penduduk bumi?”
********
********
Rentetetan
pertanyaan yang sering ditujukan untuk
diri sendiri itu nyatanya masih saja menimbulkan tanda tanya pribadi, antara
iya dan tidak. Terkadang memang Amanah
itu tak dimintai, atau malah sengaja
dihindari. Namun rupanya Allah berkehendak
berbeda, sudah disiapkannya
rencana yang maha Indah , barangkali tak disangka kedatangannya. Lalu dititipkannyalah
pada pundak yang rapuh ini.
Alhamdulillah,
Barakallah wa Innalillah. Ucapan dan do’a dari saudara-saudara mengalir begitu
saja. Ada harapan dan titipan do’a disana agar yang diberi amanah memikul dan
menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Bukan
merasa tak terbebani, tapi diri tentu selalu berfikir dan menyadari bahwa “jika
bukan kita siapa lagi?”. Dakwah ini membutuhkan pundak-pundak berani yang
sanggup menyongsong keberadaannya. Bersyukurlah, saat saudara kita memberikan
kepercayaan berharga mereka.
Amanah itu
ujian. Karna tugas-tugas yang mesti dijalankan belum tentu semudah membalik
telapak tangan. Kesabaran dan perjuangan kita diuji, “apakah kuat atau memutuskan berhenti di tengah perjalanan”.
Inilah yang menjadi sulit, saat yang satu lemah maka bisa jadi yang lain turut
lemah. Namun yang terbaik adalah saling menguatkan tentu saja. Saat yang satu
lemah, yang lain akan merangkul dan mengajak kembali.
Amanah itu
juga anugerah, Karna orang-orang pilihan yang mendapatkannya. Bersyukurlah bagi
yang diberikan kepadanya. Bisa jadi ini menjadi penyebab kita menjadi pribadi
yang lebih baik. Dengan amanah, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri,
berbenah yang kurang baik dan menambah
yang belum ada. Yang sering
malas-malasan menjadi rajin, yang senang menghabiskan waktu untuk kegiatan
kurang bermanfaat menjadi sebaliknya, bisa jadi itu adalah anugerah dari sebuah
amanah.
Amanah,
antara ujian dan anugerah. Semoga saja kita yang telah atau sedang dititipi
sebuah amanah bisa menjadikannya washilah atau jalan untuk mendekatkan diri
serta meraih ridho-Nya, bukan untuk terlihat hebat dihadapan makhluk-Nya. Jadi mulai sekarang alangkah lebih baiknya
kita selalu intropeksi diri dan meluruskan niat bahwa kita bekerja dan
melakukan sesuatu bukanlah untuk manusia, tapi semata-mata untuk Rajanya
Manusia, Pemilik hakiki Semesta yang pada detik ini kita menumpang padanya.
Salam Cinta
LM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar